Hey pace mace apa kabar kalian?
Ahaaaaaa, tentunya udah pada ngerti dong aku mau crita daerah mana? Yeah,
PAPUA. Puji syukur selalu tercurahkan kepada Sang Pencipta. Indonesia bagian timur
akhirnya kusinggahi juga. Yaa meskipun harus terpending 1 minggu.
Aku pergi ke Sorong – Papua Barat. Misi kali ini menyelesaikan masalah yang
belum fix. Tepatnya, di daerah Kab. Tambrauw – Distrik/Kecamatan Sausapor. Di
sana tidak ada sinyal telfon. Root cause’nya adalah karena waktu itu (sekitar
pertengahan Agustus) di daerah timur Indonesia memang lagi mengalami cuaca
buruk. Jadi antena VSAT kami roboh karena saking kencangnya angin. So
automatically, link is DOWN. Perusahaan tempatku kerja adalah mitra dari PT.
Telkomsel. Seperti yang kita tahu bahwa sesuai kebanggaannya, PT. Telkomsel
menjangkau jaringan telekomunikasi sampai ke pelosok negeri. Selepas dari
statement itu, tentunya Service & Quality tetap menjadi prioritas utama.
Exactly, sesuai dengan departmentku sebagai Service & Quality Staff memberikan
pelayanan yang bagus & ramah tentunya sudah menjadi goal paling ujung
bagiku & tim. Bagi Customer dan masyarakat yang menikmati. Dengan tuntutan
itu kami bertanggung jawab atas DOWNnya jaringan di site ini. Berhubung mitra
kami di daerah Tambrauw ada, yaitu Pak Aloy. Beliau stay di Sorong, beliau yang
mengcover seluruh jaringan & program – program pemberdayaan masyarakat
bekerjasama dengan Pemerintah setempat.
As you know, Kab. Tambrauw berada di sebelah timur kota Sorong berbatasan
juga dengan pantai di sebelah utara. Daerahnya masih perawan banget. Informasi
dari Pak Abdullah (Petugas DISHUB Kab. Tambrauw) bahwa wilayah Tambrauw 80%
adalah daerah konservasi, ada konservasi Hutan, Penyu, dsb. Jadi bisa
dibayangin kalau sekitar 20% saja wilayah yang tidak termasuk wilayah
konservasi. So, minim banget SDM di sana. Well, Pak Aloy’lah yang bertindak
dalam mensupport & memberikan pelayanan yang bagus bagi masyarakat. Selain
di sisi jaringan telekomunikasi keluarga Pak Aloy juga berkecimpung dalam peningkatan
infrastruktur jalan & jembatan – jembatan di wilayah Tambrauw.
Terus apa urusannya dengan perusahaan kami? Tentu sangat berurusan. Dengan
kondisi lingkungan yang jauh dari perkotaan, tidak semua bisa didapatkan dengan
mudah. Salah satunya adalah sumber listrik. Yupz, jadi kalau dikaitkan dengan
kami di sisi Pak Aloy adalah yang mensuplay tegangan dari pembangkit listrik
tenaga surya (solar cell). Jadi selain memastikan supply tegangan yang OK,
beliau secara tidak langsung mempunyai tanggung jawab melakukan maintenance
pada jaringan VSAT’nya. Karena selain mempunyai project di sisi solar cell,
beliau juga menyediakan akses internet by VSAT IPStar. Jadi masyarakat di
Tambrauw dapat menikmati indahnya berselancar di dunia maya tak lepas dari
bantuan beliau di bidang penyedia layanan internet.
Dengan konsekuensi tersebut, beliau tentunya memiliki teknisi yang
mempunyai keahlian di bidang VSAT. Salah satunya adalah Rexy. Dia teknisinya di
bidang jaringan. Jadi sebelum aku berangkat dari Jakarta menuju Tambrauw, semua
diprogress oleh Bang Rexy. Namun setelah dicoba terus, udah ganti perangkat dll
Ehh hasilnya nihil. Akhirnya aku disuruh berangkat.
OK, semua peralatan tempur udah kusiapin. Mulai dari tools, pakaian, sampai
kebutuhan logistis untuk di jalan udah kusiapin dengan sesiap – siapnya. Yang
paling bego’ adalah pas nyampe Bandara Soekarno Hatta. Saking excitednya aku,
troli langsung kumasukin begitu aja tanpa lewat X-Ray detector. Ohh bego’nya
aku (dalam hati). Petugasnya tersenyum (manis) J. Yang biasanya aku selalu beli roti
Papabunz kesukaanku, itupun juga lupa hadeeuh. Udah di ruang tunggu males mau
keluar lagi. Akhirnya cuma bengong nonton TV doang. Ehh gataunya pesawat delay,
udah ngantuk banget Broh. Yaa, tak apalah bersabar menunggu.
Usut punya usut pesawatpun tiba di Makasar sekitar jam 2 WITA. Taraaaa,
seenggaknya udah pernah nginjak kaki di
tanah Sulawesi toh? Hohoho. Langsung ke petugas bagian penumpang transit, chek
in lagi.Terus nunggu deh, sampai pas Subuh baru take off. Dan nyampai di
Bandara Domine Eduard Osok (DEO) jam 10 WIT. Langsung disambut Pace Mace di
sana. Bandaranya wow (nggak ada troly-nya). Udah gitu barang – barang di bagasi
pesawat banyak yang terselip. Nggak Cuma satu dua, buanyak dah. Nunggu sampai
barang habis ternyata tetap belum keluar – keluar dari balik conveyor. Oh My
God, kusamperin aja mace yang bertugas memeriksa kebenaran bagasi di dekat
pintu. Suara terdengar dari telinga sebelah kiri, ada yang bilang kalo bagasi
sebagian masih di Makasar, Nah Loh lama lagi ini nunggu (batin).
Tapi ternyata setelah ditanyakan petugas bagian cargo, ada barang yang kira
– kira itu milikku (setelah aku ngomong ciri – cirinya bla bla bla), ternyata
nyasar di cargo euy. Bingung banget dah, itu barang senjata perang di medan
tempur loh. Yaa, meski harus jalan lagi ke bagian cargo yang letaknya cukup
jauh dapet juga akhirnya itu barang, syukurlah. Ini nih penampakan Bandaranya
|
Suasana ruang pengambilan bagasi (sepi banget bro) |
|
Nah ini penampakan bandara yang akan dibangun lagi |
OK singkat cerita, setelah dijemput Driver-nya Pak Aloy alias kakaa Inez aku langsung menuju hotel untuk isitirahat dulu 1 hari. Besoknya langsung menuju distrik (kecamatan) Sausapor bersama Pak Abdullah, Bang Rexy dan Yopi si driver . Busyeettt busyeeett.... jalannya hancur. Estimasi perjalanan ditempuh sekitar 3,5-4 jam ini sampai 6 jam lebih karena diguyur hujan sepanjang jalanan menuju Sausapor. Sampai cuaca udah mendung gelap, malam hari nggak ada penerangan selain lampu mobil Toyota Hilux itu jadi benar - benar lagi berada di tempat yang terisolir. Dan nahasnya jalan yang seharusnya dapat dengan mudah dilewati ketika tidak hujan, ini malah jadi seperti sungai (mulai ambless). Sampai kejadian mobil yang kami tumpangi nggak kuat melewati arus yang deras itu. Ohhh, sampai - sampai air masuk ke dalam mobil. Mau nggak mau aku keluar dari mobil. Untungnya si Yopi gerak cepat langsung lari menuju camp petugas operator excavator yang juga anak buah istrinya Pak Aloy.
Dengan bantuannya, mobil ditarik mundur & lewat jalan sampingnya. Sukses dah melewati rintangan pertama (masih ada lagi rintangan selanjutnya). Yeah, bener - bener kayak di game malam itu suasananya. Jalan beberapa menit sampai dah ke rintangan kedua. Mungkin kami lagi diuji dah. Jembatannya retak separo cuy, mana mungkin mobil bisa lewat. Dalam hatiku udah berkecamuk, "Will I sleep here, tonight?". Mana dingin banget udaranya, nyamuknya segede jari, atotoh. Kulihat raut wajah Pak Abdullah di balik pantulan lampu mobil yang terlihat gelisah. Gimana nggak, dia adalah orang pertama yang bertanggung jawab mengcover Tambrauw area di sisi perhubungan (telekomunikasi). Dia target hari ini, malam ini jaringan harus sudah UP. Oh My God, nggak tidur lagi nih, pikirku. Udah jam setengah 9 lagi.
Muncul-lah ide dari Yopi untuk tukar muatan. Jadi kami menumpangi mobil yang dari arah berlawanan. Lagi - lagi mobil yang kami tumpangi ini mobil pegawainya Pak Aloy. Nggak banyak cing dan cong langsung cuss ke TKP yang kurang lebih kalau lancar cuma butuh waktu 15 menit. Tapi lagi - lagi saya seperti di game adventure deh. Sungai kali jodoh meluap cuy. Akhirnya pelan - pelan banget jalannya. Sampai drivernya lupa mana yang jalan dan mana yang bukan. Waduh kacau ini... Tapi untungnya pilihannya benar. You've got right choice, Bro! molor lagi deh. Sampai tower jam 21.15 langsung dah kueksekusi.
Tak tik tok, pointing dilakukan bang Rexy, aku monitoring dari dalem. Brrrr, masih saja belum ngelock. Tapi begitu kusuruh geser azmuth ke arah yang kupastikan itu adalah arah mutlak ke satelit Asiasat 4. Akhirnya ngelock juga modemnya. Tapi Signal to Noise Ratio (SNR) nya masih rendah banget berkisar di 5,4 dB. Kusuruh naik - turunkan posisi elevasinya ternyata terkendala macet. Setelah kulihat drat pada root elevasi ternyata buruk banget. Nggak mau diputer lagi ke atas, alternatif satu - satunya adalah memperbaiki drat elevasi tersebut di camp. Soalnya alat yang lengkap ya cuma di camp. Tapi itu bisa dilakukan besok, soalnya udah malem. Teknisi yang bagian mekanik juga udah pada istirahat kalo jam segitu.
Setelah ngobrol sama Pak Abdullah akhirnya nggak papa deh dilanjut besok. Meskipun sebenarnya bisa saja ku-on kan jaringannya. Tapi sesuai standar, harus maksimalin pointing dulu paling nggak dapet di atas 10 dB lah untuk selanjutnya dilakukan crosspole langsung dipandu oleh operator satelit. Well, jam 12 lebih aku ke camp untuk istirahat.
Nggak banyak basa - basi langsung kurebahin aja badan ini. Brrr, baru kali ini merasakan tidur di camp di tengah hutan (maklum dulu nggak pernah ikut Pramuka). Tapi bisa lah menyesuaikan diri kalau cuma begini mah. Paginya langsung disambut senyum ceria para operator dan teknisi - teknisi yang lainnya. Mereka ramah banget, ada moment menarik di sebalh kamarku. Di mana seorang ibu (mama kami panggil) lagi masak buat beta beta e. Kulihatin, ternyata lagi mengolah ikan 'make'. Ini dia....
Ya, makanan sehari - hari seperti ini. Ditambah nasi + sayur kangkung. kadang ditambah mi. Tapi yang sebenarnya pengen aku coba itu nginang. Tapi ngeri ngelihatnya, bibir & gigi merah, trus ditambah lagi katanya sih pedas. Wuuuu..
Tuh tuh Bang Rexy (kiri) sama nggak tau Bapak siapa namanya (operator excavator). Hobby banget mereka nginang, bisa - bisa nggak makan kalau udah nginang. Emang kebiasaan mayoritas masyarakat Indonesia Timur itu nginang, sama seperti orang - orang tua di Jawa. Tapi bedanya kalau di Jawa kan daunnya, nah kalau di tanah Papua & Indonesia Timur lainnya itu buahnya. Trus ditambah (dicocol) kapur.
OK, cerita sekilas di camp sudah. Lanjut lagi ke TKP. Berbekal root elevasi yang udah dibenerin aku & bang Rexy berangkat ke TKP. Tapi sebelumnya diajak makan dulu sama Pak Abdullah, aku bilang udah tadi Pak di Camp. Tetap aja maksa, akhirnya ngopi aja dehh. Perbincangan kami yang ditemani hangantnya kopi sama senyum anak - anak kecil yang sedang berangkat sekolah begitu damai. Mereka semua seperti tidak punya beban sama sekali. Langsung pointing ulang oleh bang Rexy, sesekali diubah arah polarisasinya. Tang teng, sekitar jam 12 lebih akhirnya dapet SNR bagus, sekitar 12,4 dB.
Tapi, ane terkendala komunikasi ke Jakata. Ane cuma manfaatin WiFi yang ada di area kediaman Bupati sedangkan jarak kediaman Bupati dengan shelter sekitar 500 meter. Jadi biar nggak mondar - mandir kumanfaatin Handy Talkie (HT) untuk memandu bang Rexy yang stay di shelter. Susahnya komunikasi yang kurang lancar terkadang jengkel juga. Sampai pindah posisi ke Gedung Perdagangan ketemu Ibu - ibu petugas Dinas Perdagangan. Satu per satu tanya, mas kapan kami bisa telpon, mas kapan jaringannya normal, bla bla bla. Nanti Ibu, diusahakan hari ini yaa..Mereka mengiyakan saja dengan tak melupakan senyum ramahnya.
Sambil nunggu NOC Jakarta koordinasi dengan pihak satelit (untuk progress crosspole) aku bermain sama anak - anak kecil di lapangan depan kantor Pemda. Ada satu diantaranya mau kuajak foto, Mison namanya. Ini bocah lucu sekali, Ibunya nyuruh pulang untuk istirahat tapi begitulah bandelnya anak - anak. Masih saja bercengkrama dengan temen - temennya.
|
Bareng Mison |
Tipsnya kalo mau ngajak foto bareng anak - anak sana itu jangan diiming - imingi apa2 kecuali jajan atau permen mungkin, jangan uang. Soalnya kalo nggak ngasih apa - apa mereka itu malu.
Nggak terasa udah sore juga, jam menunjukkan pukul 17.30 dapet pesan via Skype dari NOC kalau nggak perlu crosspole soalnya CPI udah lolos (34 dB) So, langsung aku ke shelter untuk nge-up-in aplikasinya. Taraaaa, bunyi nada dering sms udah pada berdering. Pada seneng sekali teman - teman di sana. Ada yang langsung telfon keluarga di kota. Waaah, ikut seneng dah pokoknya.
Singkat cerita, selesai progress di Kab. Tambrauw ini aku langsung balik ke Sorong untuk istirahat dulu 1 hari sebelum balik lagi ke Jakarta. Seharusnya sih aku musti ke Rauki - Kab. Rajaampat untuk ganti BUC. Wauow.. Seneng banget aslinya. Tapi tiket balik udah dibooking sama bang Inez. Apa boleh buat. langsung balik deh ke Jakarte.....
Yaa gitu aja sih ceritanya, semoga bermanfaat yaaa.....
Berikut oleh - oleh yang nggak boleh ketinggalan saat kita berkunjung ke Sorong atau daratan Papua lainnya:
1. Roti abon gulung
Legit & gurih banget ini rasanya. Banyak dijual di Bandara Domine Eduard Osok. Harga di stand utama di Jl. Ahmad Yani sama di Bandara sama aja aku, udah survey.
2. Obat "sarang semut"
Untuk pengobatan kanker & mencegah penyakit dalam lainnya. Direbus & dapat diminum berulang - ulang sampai airnya berwarna putih. Katanya sih rasa & warnanya kayak teh. Aku beliin buat orang tua di rumah, aku juga belum ngrasain sih hehe.
3. Batik dan kaos Papua
Kalo yang satu ini nggak pernah lupa deh, soalnya ini yang menandakan secara otentik (ceileh :D) kalo kita benar - benar pernah kesana selain foto di Bandara, atau lokasi lain. hoho
Mungkin itu sih yang paling pokok. Nih sepenggal kumpulan foto selama di sana.
|
Pulau MOM, tempat penangkaran penyu |
|
Mobil yang kami tumpangi saat istirahat di tanjakan Malaumkarta |
|
Petugas Pemda di depan kantor |
|
Ini penampakan Bank Papua di distrik Sausapor |
|
Daerah Ramkau (perbaikan jalan) |
|
Kau lihat tuh ikan di tangan bapake, mereka hanya dengan mancing bsa mendapatkannya |
|
Roti Abon |