Siapa sih yang belum tahu Bromo?
Lautan pasir, penanjakan, sunrise atau mungkin naik kuda. :)
Nuansa pegunungan di bumi tengger memang mempunyai keindahan sunrise yang istimewa, terbukti dari waktu ke waktu pengunjungnya yang tidak pernah sepi. Baik turis lokal ataupu manca selalu silih berganti setiap hari. Momen paling tepat kalau ke bromo adalah di waktu dinihari karena ya itu tadi, "sunrise". Soal akses kita bisa berangkat dari beberapa jalur, bisa dari arah Pasuruan/Probolinggo lewat Tongas atau Malang lewat Nongkojajar ataupun Tumpang.
Kalau sebelumnya (2013) aku berangkat bareng temen-temen kuliah, kalau kali ini 10, oktober 2015 berangkat bareng temen-temen club R15 seJawa Timur & Bali. Ini adalah kali kedua tour gabungan di Jatim, sebelumnya adalah di pantai soge, Pacitan. Kali ini yang ikut sekitar 300 motor lebih dan bisa dibayangkan betapa banyaknya itu jika dijadikan satu. Titik kumpul di pilih di Bakpao Telo, Lawang-Malang.
Briefing CROWN sebelum berangkat |
Karena banyaknya club yang ikut, sesi pemberangkatan dibagi menjadi beberapa kloter yang kurang lebih tiap kloter 50 motor. CROWN (Club R15 Owner Nganjuk) kebetulan menempati kloter ke 6 gabung dengan tamu dari Jogja. Kesiapan dicek kembali, mulai dari bahan bakar dan bahan makanan. Karena kloter 6, itu artinya masih lama & bisa digunakan untuk istirahat dulu.
Pemberangkatan dimulai jam 12:00, kebetulan kami di jam 02:10 dan sampai di lautan pasir jam 03:45. Asik seru selama perjalanan sampai akhirnya sampai, naik turun medan yang tajam harus bisa menaklukkan medan cuam tersebut dengan pemahaman teknik mengendarai, dikarenakan kendaraan yang digunakan adalah motor dengan kopling maka penggunaan kopling harus dijaga sebaik-baiknya. Jika kondisi jalanan landai ya digunakan seperlunya, jika menanjak posisikan di gigi 1 atau jika mau menambah di gigi 2 disarankan langsung dilepas koplingnya tidak perlu memainkan koling (setengah-setengah) ini akan berakibat fatal, bisa saja kampas kopling terbakar. Nah saat turunan disarankan menggunakan engine brake. Karena dapat mengantisipasi gejala masuk angin pada rem kita. Karena jika terlalu banyak rem, lama-lama kejadian masuk angin bisa saja terjadi. Tapi meskipun terjadi sebeneranya itu tidak masalah, karena cukup didiamkan saja sambil dipompa terus pijakan rem sudah normal kembali.
Well, akhirnya tiba di Bromo tepatnya di lautan pasir. Sudah banyak rekan-rekan yang lain yang sudah sampai duluan. Ada yang bakar api unggun, ada yang nongkrong di kerumunan biar terasa hangat. Saat itu, perut terasa betul lapernya. Melihat ada ibu-ibu jual mi rebus langsung kusamperin sama si Deni. Mata yang sudah terdoping oleh proman ini nggak ada ngantuknya sama sekali. Hahaha cuma lapernya yang nggak kuat, karena ternyata suhu di angka 19°. Bad moment-nya adalah sarung tangan cuma separuh jadi musti masuk saku jaket terus.
Lama ngobrol sambil ngemie sama si Deni kok baru sadar anggota kami (Valent & Arik) belum kelihatan, kebetulan signal ponsel lancar di sana kukontak Valent tidak bisa. Waah ternyata mereka kesasar di arah penanjakan. Mereka di urutan paling belakang soalnya switch jokey karena Arik merasa capek, mereka emang belum pernah ke Bromo sebelumnya. Tapi akhirnya sampai juga sih, meski sudah terang. Yaa walau udah terang tapi masih sempat lihat sunrise.
Gandek, Arik, Deni, Valent, Ayas |
Bukan kabut asap di Kalimantan loh |
Beautiful sunrise |
Oke, tenaga sudah pada pulih kelihatannya. Foto-foto juga lumayan banyak. Jadi disegeraken langung ke bawah kawah & itu artinya akan bernostalgia dengan lautan pasir. Bedanya kalau yang sebelumnya aku lewat lautan pasir di malam hari, kali ini udah pagi dan lebih jelas untuk mengira pasir mana yang padat. Oya, harus diperhatikan spion & pasang telinga baik-baik soalnya dari belakang banyak rombongan jeep yang lewat dengan kecepatan tinggi.
Kejadian seru saat aku tahu medan yang bener adalah ketika melihat tukang jualan bakso (pake motor) lewat sebelah kanan saya dengan kecepatan yang lumayan kenceng tapi lancar nggak tersendat-sendat. Akhirnya aku ikutin dia sampai dan emang benar, sudah jadi medannya setiap hari jadi ya tau mana yang enak. Begitu aku ikutin ternyata di belakang saya banyak juga yang ikut, hahaha.
Ayas, bang yogi, valent, Arik (nggak kelihatan) |
Bang yogi, valent, kang azis, ayas |
Valent & Deni (tepar) |
Nanti foto-foto selanjutnya nyusul, soalnya masih dicollect. Yang jelas perjalanan ini seru, asik, perlu untuk diulang.