Thursday 22 October 2015

Bumi Tengger

Siapa sih yang belum tahu Bromo? 
Lautan pasir, penanjakan, sunrise atau mungkin naik kuda. :) 


Nuansa pegunungan di bumi tengger memang mempunyai keindahan sunrise yang istimewa, terbukti dari waktu ke waktu pengunjungnya yang tidak pernah sepi. Baik turis lokal ataupu manca selalu silih berganti setiap hari. Momen paling tepat kalau ke bromo adalah di waktu dinihari karena ya itu tadi, "sunrise". Soal akses kita bisa berangkat dari beberapa jalur, bisa dari arah Pasuruan/Probolinggo lewat Tongas atau Malang lewat Nongkojajar ataupun Tumpang. 

Kalau sebelumnya (2013) aku berangkat bareng temen-temen kuliah, kalau kali ini 10, oktober 2015 berangkat bareng temen-temen club R15 seJawa Timur & Bali. Ini adalah kali kedua tour gabungan di Jatim, sebelumnya adalah di pantai soge, Pacitan. Kali ini yang ikut sekitar 300 motor lebih dan bisa dibayangkan betapa banyaknya itu jika dijadikan satu. Titik kumpul di pilih di Bakpao Telo, Lawang-Malang. 


Briefing CROWN sebelum berangkat







Karena banyaknya club yang ikut, sesi pemberangkatan dibagi menjadi beberapa kloter yang kurang lebih tiap kloter 50 motor. CROWN (Club R15 Owner Nganjuk) kebetulan menempati kloter ke 6 gabung dengan tamu dari Jogja. Kesiapan dicek kembali, mulai dari bahan bakar dan bahan makanan. Karena kloter 6, itu artinya masih lama & bisa digunakan untuk istirahat dulu. 

Pemberangkatan dimulai jam 12:00, kebetulan kami di jam 02:10 dan sampai di lautan pasir jam 03:45. Asik seru selama perjalanan sampai akhirnya sampai, naik turun medan yang tajam harus bisa menaklukkan medan cuam tersebut dengan pemahaman teknik mengendarai, dikarenakan kendaraan yang digunakan adalah motor dengan kopling maka penggunaan kopling harus dijaga sebaik-baiknya. Jika kondisi jalanan landai ya digunakan seperlunya, jika menanjak posisikan di gigi 1 atau jika mau menambah di gigi 2 disarankan langsung dilepas koplingnya tidak perlu memainkan koling (setengah-setengah) ini akan berakibat fatal, bisa saja kampas kopling terbakar. Nah saat turunan disarankan menggunakan engine brake. Karena dapat mengantisipasi gejala masuk angin pada rem kita. Karena jika terlalu banyak rem, lama-lama kejadian masuk angin bisa saja terjadi. Tapi meskipun terjadi sebeneranya itu tidak masalah, karena cukup didiamkan saja sambil dipompa terus pijakan rem sudah normal kembali.

Well, akhirnya tiba di Bromo tepatnya di lautan pasir. Sudah banyak rekan-rekan yang lain yang sudah sampai duluan. Ada yang bakar api unggun, ada yang nongkrong di kerumunan biar terasa hangat. Saat itu, perut terasa betul lapernya. Melihat ada ibu-ibu jual mi rebus langsung kusamperin sama si Deni. Mata yang sudah terdoping oleh proman ini nggak ada ngantuknya sama sekali. Hahaha cuma lapernya yang nggak kuat, karena ternyata suhu di angka 19°. Bad moment-nya adalah sarung tangan cuma separuh jadi musti masuk saku jaket terus. 

Lama ngobrol sambil ngemie sama si Deni kok baru sadar anggota kami (Valent & Arik) belum kelihatan, kebetulan signal ponsel lancar di sana kukontak Valent tidak bisa. Waah ternyata mereka kesasar di arah penanjakan. Mereka di urutan paling belakang soalnya switch jokey karena Arik merasa capek, mereka emang belum pernah ke Bromo sebelumnya. Tapi akhirnya sampai juga sih, meski sudah terang. Yaa walau udah terang tapi masih sempat lihat sunrise. 


Gandek, Arik, Deni, Valent, Ayas



Bukan kabut asap di Kalimantan loh


Beautiful sunrise
Oke, tenaga sudah pada pulih kelihatannya. Foto-foto juga lumayan banyak. Jadi disegeraken langung ke bawah kawah & itu artinya akan bernostalgia dengan lautan pasir. Bedanya kalau yang sebelumnya aku lewat lautan pasir di malam hari, kali ini udah pagi dan lebih jelas untuk mengira pasir mana yang padat. Oya, harus diperhatikan spion & pasang telinga baik-baik soalnya dari belakang banyak rombongan jeep yang lewat dengan kecepatan tinggi. 

Kejadian seru saat aku tahu medan yang bener adalah ketika melihat tukang jualan bakso (pake motor) lewat sebelah kanan saya dengan kecepatan yang lumayan kenceng tapi lancar nggak tersendat-sendat. Akhirnya aku ikutin dia sampai dan emang benar, sudah jadi medannya setiap hari jadi ya tau mana yang enak. Begitu aku ikutin ternyata di belakang saya banyak juga yang ikut,  hahaha.


Ayas, bang yogi, valent, Arik (nggak kelihatan)

Bang yogi, valent, kang azis, ayas

Valent & Deni (tepar)



Nanti foto-foto selanjutnya nyusul, soalnya masih dicollect. Yang jelas perjalanan ini seru, asik, perlu untuk diulang. 

Monday 15 September 2014

Cerita dari Papua Barat

Hey pace mace apa kabar kalian?

Ahaaaaaa, tentunya udah pada ngerti dong aku mau crita daerah mana? Yeah, PAPUA. Puji syukur selalu tercurahkan kepada Sang Pencipta. Indonesia bagian timur akhirnya kusinggahi juga. Yaa meskipun harus terpending 1 minggu.

Aku pergi ke Sorong – Papua Barat. Misi kali ini menyelesaikan masalah yang belum fix. Tepatnya, di daerah Kab. Tambrauw – Distrik/Kecamatan Sausapor. Di sana tidak ada sinyal telfon. Root cause’nya adalah karena waktu itu (sekitar pertengahan Agustus) di daerah timur Indonesia memang lagi mengalami cuaca buruk. Jadi antena VSAT kami roboh karena saking kencangnya angin. So automatically, link is DOWN. Perusahaan tempatku kerja adalah mitra dari PT. Telkomsel. Seperti yang kita tahu bahwa sesuai kebanggaannya, PT. Telkomsel menjangkau jaringan telekomunikasi sampai ke pelosok negeri. Selepas dari statement itu, tentunya Service & Quality tetap menjadi prioritas utama.

Exactly, sesuai dengan departmentku sebagai Service & Quality Staff memberikan pelayanan yang bagus & ramah tentunya sudah menjadi goal paling ujung bagiku & tim. Bagi Customer dan masyarakat yang menikmati. Dengan tuntutan itu kami bertanggung jawab atas DOWNnya jaringan di site ini. Berhubung mitra kami di daerah Tambrauw ada, yaitu Pak Aloy. Beliau stay di Sorong, beliau yang mengcover seluruh jaringan & program – program pemberdayaan masyarakat bekerjasama dengan Pemerintah setempat.

As you know, Kab. Tambrauw berada di sebelah timur kota Sorong berbatasan juga dengan pantai di sebelah utara. Daerahnya masih perawan banget. Informasi dari Pak Abdullah (Petugas DISHUB Kab. Tambrauw) bahwa wilayah Tambrauw 80% adalah daerah konservasi, ada konservasi Hutan, Penyu, dsb. Jadi bisa dibayangin kalau sekitar 20% saja wilayah yang tidak termasuk wilayah konservasi. So, minim banget SDM di sana. Well, Pak Aloy’lah yang bertindak dalam mensupport & memberikan pelayanan yang bagus bagi masyarakat. Selain di sisi jaringan telekomunikasi keluarga Pak Aloy juga berkecimpung dalam peningkatan infrastruktur jalan & jembatan – jembatan di wilayah Tambrauw.

Terus apa urusannya dengan perusahaan kami? Tentu sangat berurusan. Dengan kondisi lingkungan yang jauh dari perkotaan, tidak semua bisa didapatkan dengan mudah. Salah satunya adalah sumber listrik. Yupz, jadi kalau dikaitkan dengan kami di sisi Pak Aloy adalah yang mensuplay tegangan dari pembangkit listrik tenaga surya (solar cell). Jadi selain memastikan supply tegangan yang OK, beliau secara tidak langsung mempunyai tanggung jawab melakukan maintenance pada jaringan VSAT’nya. Karena selain mempunyai project di sisi solar cell, beliau juga menyediakan akses internet by VSAT IPStar. Jadi masyarakat di Tambrauw dapat menikmati indahnya berselancar di dunia maya tak lepas dari bantuan beliau di bidang penyedia layanan internet.

Dengan konsekuensi tersebut, beliau tentunya memiliki teknisi yang mempunyai keahlian di bidang VSAT. Salah satunya adalah Rexy. Dia teknisinya di bidang jaringan. Jadi sebelum aku berangkat dari Jakarta menuju Tambrauw, semua diprogress oleh Bang Rexy. Namun setelah dicoba terus, udah ganti perangkat dll Ehh hasilnya nihil. Akhirnya aku disuruh berangkat.
OK, semua peralatan tempur udah kusiapin. Mulai dari tools, pakaian, sampai kebutuhan logistis untuk di jalan udah kusiapin dengan sesiap – siapnya. Yang paling bego’ adalah pas nyampe Bandara Soekarno Hatta. Saking excitednya aku, troli langsung kumasukin begitu aja tanpa lewat X-Ray detector. Ohh bego’nya aku (dalam hati). Petugasnya tersenyum (manis) J. Yang biasanya aku selalu beli roti Papabunz kesukaanku, itupun juga lupa hadeeuh. Udah di ruang tunggu males mau keluar lagi. Akhirnya cuma bengong nonton TV doang. Ehh gataunya pesawat delay, udah ngantuk banget Broh. Yaa, tak apalah bersabar menunggu.

Usut punya usut pesawatpun tiba di Makasar sekitar jam 2 WITA. Taraaaa, seenggaknya udah pernah  nginjak kaki di tanah Sulawesi toh? Hohoho. Langsung ke petugas bagian penumpang transit, chek in lagi.Terus nunggu deh, sampai pas Subuh baru take off. Dan nyampai di Bandara Domine Eduard Osok (DEO) jam 10 WIT. Langsung disambut Pace Mace di sana. Bandaranya wow (nggak ada troly-nya). Udah gitu barang – barang di bagasi pesawat banyak yang terselip. Nggak Cuma satu dua, buanyak dah. Nunggu sampai barang habis ternyata tetap belum keluar – keluar dari balik conveyor. Oh My God, kusamperin aja mace yang bertugas memeriksa kebenaran bagasi di dekat pintu. Suara terdengar dari telinga sebelah kiri, ada yang bilang kalo bagasi sebagian masih di Makasar, Nah Loh lama lagi ini nunggu (batin).

Tapi ternyata setelah ditanyakan petugas bagian cargo, ada barang yang kira – kira itu milikku (setelah aku ngomong ciri – cirinya bla bla bla), ternyata nyasar di cargo euy. Bingung banget dah, itu barang senjata perang di medan tempur loh. Yaa, meski harus jalan lagi ke bagian cargo yang letaknya cukup jauh dapet juga akhirnya itu barang, syukurlah. Ini nih penampakan Bandaranya
Suasana ruang pengambilan bagasi (sepi banget bro)

Nah ini penampakan bandara yang akan dibangun lagi


OK singkat cerita, setelah dijemput Driver-nya Pak Aloy alias kakaa Inez aku langsung menuju hotel untuk isitirahat dulu 1 hari. Besoknya langsung menuju distrik (kecamatan) Sausapor bersama Pak Abdullah, Bang Rexy dan Yopi si driver . Busyeettt busyeeett.... jalannya hancur. Estimasi perjalanan ditempuh sekitar 3,5-4 jam ini sampai 6 jam lebih karena diguyur hujan sepanjang jalanan menuju Sausapor. Sampai cuaca udah mendung gelap, malam hari nggak ada penerangan selain lampu mobil Toyota Hilux itu jadi benar - benar lagi berada di tempat yang terisolir. Dan nahasnya  jalan yang seharusnya dapat dengan mudah dilewati ketika tidak hujan, ini malah jadi seperti sungai (mulai ambless). Sampai kejadian mobil yang kami tumpangi nggak kuat melewati arus yang deras itu. Ohhh, sampai - sampai air masuk ke dalam mobil. Mau nggak mau aku keluar dari mobil. Untungnya si Yopi gerak cepat langsung lari menuju camp petugas operator excavator yang juga anak buah istrinya Pak Aloy. 

Dengan bantuannya, mobil ditarik mundur & lewat jalan sampingnya. Sukses dah melewati rintangan pertama (masih ada lagi rintangan selanjutnya). Yeah, bener - bener kayak di game malam itu suasananya. Jalan beberapa menit sampai dah ke rintangan kedua. Mungkin kami lagi diuji dah. Jembatannya retak separo cuy, mana mungkin mobil bisa lewat. Dalam hatiku udah berkecamuk, "Will I sleep here, tonight?". Mana dingin banget udaranya, nyamuknya segede jari, atotoh. Kulihat raut wajah Pak Abdullah di balik pantulan lampu mobil yang terlihat gelisah. Gimana nggak, dia adalah orang pertama yang bertanggung jawab mengcover Tambrauw area di sisi perhubungan (telekomunikasi). Dia target hari ini, malam ini jaringan harus sudah UP. Oh My God, nggak tidur lagi nih, pikirku. Udah jam setengah 9 lagi. 

Muncul-lah ide dari Yopi untuk tukar muatan. Jadi kami menumpangi mobil yang dari arah berlawanan. Lagi - lagi mobil yang kami tumpangi ini mobil pegawainya Pak Aloy. Nggak banyak cing dan cong langsung cuss ke TKP yang kurang lebih kalau lancar cuma butuh waktu 15 menit. Tapi lagi - lagi saya seperti di game adventure deh. Sungai kali jodoh meluap cuy. Akhirnya pelan - pelan banget jalannya. Sampai drivernya lupa mana yang jalan dan mana yang bukan. Waduh kacau ini... Tapi untungnya pilihannya benar. You've got right choice, Bro! molor lagi deh. Sampai tower jam 21.15 langsung dah kueksekusi.

Tak tik tok, pointing dilakukan bang Rexy, aku monitoring dari dalem. Brrrr, masih saja belum ngelock. Tapi begitu kusuruh geser azmuth ke arah yang kupastikan itu adalah arah mutlak ke satelit Asiasat 4. Akhirnya ngelock juga modemnya. Tapi Signal to Noise Ratio (SNR) nya masih rendah banget berkisar di 5,4 dB. Kusuruh naik - turunkan posisi elevasinya ternyata terkendala macet. Setelah kulihat drat pada root elevasi ternyata buruk banget. Nggak mau diputer lagi ke atas, alternatif satu - satunya adalah memperbaiki drat elevasi tersebut di camp. Soalnya alat yang lengkap ya cuma di camp. Tapi itu bisa dilakukan besok, soalnya udah malem. Teknisi yang bagian mekanik juga udah pada istirahat kalo jam segitu. 

Setelah ngobrol sama Pak Abdullah akhirnya nggak papa deh dilanjut besok. Meskipun sebenarnya bisa saja ku-on kan jaringannya. Tapi sesuai standar, harus maksimalin pointing dulu paling nggak dapet di atas 10 dB lah untuk selanjutnya dilakukan crosspole langsung dipandu oleh operator satelit. Well, jam 12 lebih aku ke camp untuk istirahat. 

Nggak banyak basa - basi langsung kurebahin aja badan ini. Brrr, baru kali ini merasakan tidur di camp di tengah hutan (maklum dulu nggak pernah ikut Pramuka). Tapi bisa lah menyesuaikan diri kalau cuma begini mah. Paginya langsung disambut senyum ceria para operator dan teknisi - teknisi yang lainnya. Mereka ramah banget, ada moment menarik di sebalh kamarku. Di mana seorang ibu (mama kami panggil) lagi masak buat beta beta e. Kulihatin, ternyata lagi mengolah ikan 'make'. Ini dia....

Ya, makanan sehari - hari seperti ini. Ditambah nasi + sayur kangkung. kadang ditambah mi. Tapi yang sebenarnya pengen aku coba itu nginang. Tapi ngeri ngelihatnya, bibir & gigi merah, trus ditambah lagi katanya sih pedas. Wuuuu..

Tuh tuh Bang Rexy (kiri) sama nggak tau Bapak siapa namanya (operator excavator). Hobby banget mereka nginang, bisa - bisa nggak makan kalau udah nginang. Emang kebiasaan mayoritas masyarakat Indonesia Timur itu nginang, sama seperti orang - orang tua di Jawa. Tapi bedanya kalau di Jawa kan daunnya, nah kalau di tanah Papua & Indonesia Timur lainnya itu buahnya. Trus ditambah (dicocol) kapur. 

OK, cerita sekilas di camp sudah. Lanjut lagi ke TKP. Berbekal root elevasi yang udah dibenerin aku & bang Rexy berangkat ke TKP. Tapi sebelumnya diajak makan dulu sama Pak Abdullah, aku bilang udah tadi Pak di Camp. Tetap aja maksa, akhirnya ngopi aja dehh. Perbincangan kami yang ditemani hangantnya kopi sama senyum anak - anak kecil yang sedang berangkat sekolah begitu damai. Mereka semua seperti tidak punya beban sama sekali. Langsung pointing ulang oleh bang Rexy, sesekali diubah arah polarisasinya. Tang teng, sekitar jam 12 lebih akhirnya dapet SNR bagus, sekitar 12,4 dB. 

Tapi, ane terkendala komunikasi ke Jakata. Ane cuma manfaatin WiFi yang ada di area kediaman Bupati sedangkan jarak kediaman Bupati dengan shelter sekitar 500 meter. Jadi biar nggak mondar - mandir kumanfaatin Handy Talkie (HT) untuk memandu bang Rexy yang stay di shelter. Susahnya komunikasi yang kurang lancar terkadang jengkel juga. Sampai pindah posisi ke Gedung Perdagangan ketemu Ibu - ibu petugas Dinas Perdagangan. Satu per satu tanya, mas kapan kami bisa telpon, mas kapan jaringannya normal, bla bla bla. Nanti Ibu, diusahakan hari ini yaa..Mereka mengiyakan saja dengan tak melupakan senyum ramahnya.

Sambil nunggu NOC Jakarta koordinasi dengan pihak satelit (untuk progress crosspole) aku bermain sama anak - anak kecil di lapangan depan kantor Pemda. Ada satu diantaranya mau kuajak foto, Mison namanya. Ini bocah lucu sekali, Ibunya nyuruh pulang untuk istirahat tapi begitulah bandelnya anak - anak. Masih saja bercengkrama dengan temen - temennya.

Bareng Mison
Tipsnya kalo mau ngajak foto bareng anak - anak sana itu jangan diiming - imingi apa2 kecuali jajan atau permen mungkin, jangan uang. Soalnya kalo nggak ngasih apa - apa mereka itu malu.

Nggak terasa udah sore juga, jam menunjukkan pukul 17.30 dapet pesan via Skype dari NOC kalau nggak perlu crosspole soalnya CPI udah lolos (34 dB) So, langsung aku ke shelter untuk nge-up-in aplikasinya. Taraaaa, bunyi nada dering sms udah pada berdering. Pada seneng sekali teman - teman di sana. Ada yang langsung telfon keluarga di kota. Waaah, ikut seneng dah pokoknya.

Singkat cerita, selesai progress di Kab. Tambrauw ini aku langsung balik ke Sorong untuk istirahat dulu 1 hari sebelum balik lagi ke Jakarta. Seharusnya sih aku musti ke Rauki - Kab. Rajaampat untuk ganti BUC. Wauow.. Seneng banget aslinya. Tapi tiket balik udah dibooking sama bang Inez. Apa boleh buat. langsung balik deh ke Jakarte.....

Yaa gitu aja sih ceritanya, semoga bermanfaat yaaa.....
Berikut oleh - oleh yang nggak boleh ketinggalan saat kita berkunjung ke Sorong atau daratan Papua lainnya:

1. Roti abon gulung
    Legit & gurih banget ini rasanya. Banyak dijual di Bandara Domine Eduard Osok. Harga di stand       utama di Jl. Ahmad Yani sama di Bandara sama aja aku, udah survey.
2. Obat "sarang semut"
    Untuk pengobatan kanker & mencegah penyakit dalam lainnya. Direbus & dapat diminum                   berulang - ulang sampai airnya berwarna putih. Katanya sih rasa & warnanya kayak teh. Aku beliin     buat orang tua di rumah, aku juga belum ngrasain sih hehe.
3. Batik dan kaos Papua
    Kalo yang satu ini nggak pernah lupa deh, soalnya ini yang menandakan secara otentik (ceileh :D)      kalo kita benar - benar pernah kesana selain foto di Bandara, atau lokasi lain. hoho

Mungkin itu sih yang paling pokok. Nih sepenggal kumpulan foto selama di sana.

Pulau MOM, tempat penangkaran penyu

Mobil yang kami tumpangi saat istirahat di tanjakan Malaumkarta

Petugas Pemda di depan kantor

Ini penampakan Bank Papua di distrik Sausapor



Daerah Ramkau (perbaikan jalan)

Kau lihat tuh ikan di tangan bapake, mereka hanya dengan mancing bsa mendapatkannya

Roti Abon



























Saturday 30 August 2014

Fly to Lombok


Berawal dari celotehan yang asal nyeplos, akhirnya terwujud juga keinginan ini. Yaa, seperti waktu ke Padang. Beberapa minggu sebelumnya (waktu belum kerja), pernah bikin status di BBM “lagi on the way ke Padang”. Padahal iseng aja itu, ehh pada banyak yang komen. Kerja di sana? Kuliah lagi di sana? dsb. Ehh, waktu kerja tugas pertama emang ke pergi Padang beneran. Well, emang bener omongan adalah do’a. Jadi ngomong yang baik2 aja yaa, sakral banget soalnya. hoho

Destinasi yang sangat kuimpikan ini terwujud pas tugas dari kantor. Yupz, ke Lombok.... J. Awalnya tanya – tanya temen kuliah yang asli Lombok. Misal mau ke Lombok apa aja sih spot yang recommended? Yaah, di sana mah surganya pantai, tinggal pilih dah. Mereka bilangnya gitu, tapi yang paling seru & banyak pengunjung itu adalah trio Gili atau dalam bahasa sasak, gili itu artinya pulau. Jadi tigaw pulau. Ada Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan. Tapi yang paling memukau adalah Gili Trawangan. Nah, beberapa hari setelah aku tanya-tanya ini, aku disuruh ke Sumbawa untuk relokasi perangkat VSAT di salah satu Bank di sana. Nah loh, kebetulan kan?

OK jadi misinya itu relokasi antena VSAT yang awalnya dari lokasi lama dipindah ke lokasi baru, soalnya banknya punya gedung baru. So, akhirnya aku yang berangkat. Persiapan udah kusiapin sesiap mungkin. Sesampainya di BIL (Bandara Internasional Lombok) aku yang excited saat itu, langsung menuju baggage claim room. Langsung nyari troli untuk ngangkut sparepart yang kubawa. Tapi sungguh menyebalkan, trolinya habis men. Akhirnya tanya petugas untuk ngambil troli di luar, tapi hasilnya nihil. Sampai semua penumpang yang 1 pesawat denganku tadi udah pada kelar, aku masih di situ nunggu troli. Oh what the......Pengen marah, tapi inget kalo lagi puasa. Akhrinya sabar nunggu, dapetlah dari ruang sebelah.
               
Begitu keluar Bandara langsung telfon Bro Ganang yang pernah ke Sumbawa, tanya aksesnya ke Sumbawa naik apa aja biar nggak bingung. Aku disuruh naik taxi ke kota Mataram untuk nyari travel tujuan Sumbawa. Siang itu juga sekitar jam 2 aku berangkat ke Sumbawa naik travel dengan perjalanan kurang lebih 5,5 jam (2 jam Mataram ke Pelabuhan, 1,5 jam nyebrang selat Alas & 2 jam dari pelabuhan di Sumbawa ke TKP). Seru juga ternyata nglewatin Selat Alas ini. Sesampainya di Sumbawa langsung menuju lokasi untuk bertemu Pak Mahbub yang notabene adalah PIC (Person in Charge) bank. Istirahat sejenak, langsung lanjut survey lokasi yang memungkinkan untuk dipasagin antena VSAT.
                
Awalnya sih mau dipasang di belakang kantor seperti antena parabola TV yang ada. Tapi setelah aku lihat nggak bisa jika dipasang di situ, soalnya obstacle dengan gedung bank. So, nyari alternatif lain. Hmmm, setelah dapet rekomendasi dari Pak Mahbub, disuruh nyoba di dak depan atas bank. OK, aku naik ke atas via tangga yang udah tua renta dan fantastik. OMG kalo mengingatnya. Aku tetapin dah di situ, karena lokasinya di situ emang LoS (Line of Sight) ke arah satelitnya. Well, pamit dulu ke hotel. Besok agendanya dismantle antena di gedung lama.
                
Memasuki hari kedua di tanah Sumbawa ini aku langsung bergegas dari hotel menuju daerah Sumbawa Besar deket SMP berapa lupa aku, pokok itu lah. Sampai di situ langsung kueksekusi untuk bongkar tuh antena. Untuk kemudian diangkut ke Jl. Garuda Sumbawa Besar (kantor baru) bareng sama brangkas yang gede tuh dibantuin tukang tentunya. Jadi waktu itu ada orang borongan juga yang ngangkut brangkas ke kantor yang baru. Oya, ternyata di Sumbawa banyak orang Jawa juga. Ntah kebetulan atau nggak, pokok banyak lah kujumpai. Mulai dari tukang bangungan kantor yang baru, pegawai bank, sampai kuli borongan juga.
                
Waktu itu aku sama Mas Deni (pegawai bank aslinya Malang) & Pak Didik (tukang bangunan/listrik yang asli Malang juga). Waaah opportunely kan bisa ketemu mereka, baik-baik lagi. Aku kan waktu progress instalasi antena ke dak lantai 3 nggak mungkin bisa ngelakuin sendirian. Nah, aku minta bantuan sama Pak Didik yang kebetulan juga udah kelar kerjaannya di Sumbawa. Rencananya mau ke Mataram besok lusa. Jadi daripada nganggur aku mintain tolong dah untuk bantu. OK, sore itu juga menjelang Ashar, material semua kami naikin keatas dengan bantuan tambang. Aku pengennya hari itu juga minimal antena udah berdirilah. Soalnya dikejar target lusa harus udah on air.
                
Well, at that time I can do it. Dengan bantuan Pak Didik akhirnya antena berdiri sore itu juga. Mau kuprogress pointing sekalian sampai malam. Sekitar jam 8 mataku udah lelah sekali, badan capek. Aku pointing belum dapet, soalnya software yang kupunya kena virus di laptop. Jadi nggak bisa kugunain untuk mengetahui berapa dB kah saat kulakukan pointing. Cuma ngandalin warna indikator modem, dan itu menyebalkan euy. Aku putusin untuk balik ke hotel, istirahat dan download software manfaatin wifi yang kenceng. Soalnya di daerah NTB ini yang kenceng internetnya cuma XL. Aku pake im3, telkomsel juga ngadat. Yaa, daripada pusing mending ke hotel internetnya kenceng.
                
Nah, hari kedua proses pointing datang & ini yang paling terkesan selama ini. Untuk menuju dak depan (lokasi antena) kan harus lewat tangga belakang. Nah, tangganya ada dua. Di tangga yang pertama it’s OK bisa kulewatin seperti biasanya. Tapi pas naik tangga kedua, anjrit sial benar. Tangga yang udah tua itu ternyata ada sarang lebahnya. Lebahnya sih kecil tapi banyaknya bukan main, pas kuinjak itu ternyata sarangnya. Langsung aja aku naik dengan cepat sampai akhirnya jatuh pas nyampai atap. Untungnya sih nggak jatuh ke bawah. Pas aku terlentang di atap itu lebah langsung menyerangku, sakit semua rasanya. Tangan, kaki, leher. Kena semua dah. Lemas lah habis itu, istirahat sejenak sebelum pointing lagi.
                
Setelah kurasa cukup istirahatnya, aku lanjutkan pointing. Tapi badanku lemas sekali rasanya, nggak ada semangat sama sekali. Udah cuaca di sana panas sekali, sampai memunculkan niatan buruk (batalin puasa). Lha gimana lagi, badan nggak kuat, semangat hilang, oh My God. Kulihat di dalam tas ada sebotol air mineral yang sangat memancing, akhirnya aku nggak tega melihatnya sendirian. Aku ambil dan kuteguk dengan nikmat di siang bolong itu. Pak Didik yang saat itu lagi ngerjain instalasi kabel RF melihatku sambil tersenyum. “Lho kok?” aku nggak kuat Pak, jawabku dengan penuh senyum juga. Hahaha. Aku putusin untuk nggak nglanjut pointing, tapi membantu Pak Didik merapihkan dudukan antena (dicor). Dan hari itu aku balik ke hotel agak sorean untuk istirahat aja di hotel.

OK hari ketiga adalah hari terakhir aku ngerjain & harus sudah bisa on air. Sebelumnya dikasih arah oleh Bro Ganang. Kalo untuk lokasi Bali Nusra dsk. Untuk ngarahin ke satelit ternyata butuh elevasi antena yang cenderung agak rendah. Itu tergantung jenis satelitnya sih. Kebetulan satelit yang dipakai adalah Apstar 4 milik Hongkong yang letaknya kurang lebih di atas Maluku atau Sorong. Jadi harus ngepasin lokasi satelit yang dituju tsb. Misalkan satelit telkom/palapa yang letaknya di atas Pulau Kalimantan ya tinggal diarahin ke sana (cenderung keatas). OK aku naik tangga denga  hati-hati banget, pelan-pelan. Dan akhirnya sampai deh di atap. Meski masih diserang, tapi nggak sebanyak lebah hari sebelumnya. Soalnya udah diobong sama Pak Didik.

Sampai di dak, langsung kupointing, dan taraaa dengan bantuan software drop Insert yang kudownload kemarin akhirnya ngelock juga. Alhamdulillah, langsung NOC Jakarta telfon aku untuk ngabarin kalo udah up dimonitor. OK langsung deh aku minta request crosspoll. Hari itu juga rampung dengan rapi pekerjaanku. Alhamdulillah.

Menunggu detik-detik pulang, aku mau diajak oleh mas deni untuk keliling Sumbawa. Dia juga baru beberapa bulan di Sumbawa jadi belum banyak teman, ini ketemu aku dia seneng ada temen jika untuk sekedar ngopi. OK lah kuiyain, tapi akhirnya nggak jadi soalnya udah terlalu malam waktu itu & aku rasa waktunya untuk istirahat aja deh untuk persiapan besok sore balik ke Mataram. Sebenarnya pengen banget nyari oleh-oleh khas sini, tak lain adalah susu kuda liar sama madu khas Sumbawa. Tapi Sumbawa yang dimaksud adalah Pulau Sumbawa bukan Kota Sumbawa. Jadi aku baru tahu juga waktu telfon’an sama Ihwan (anak Sumbawa) rekan kuliah di Malang. Ya, sayangnya dia lagi nggak di Sumbawa soalnya lagi ngerjain skripsi di Malang. Dia kutanya di mana belinya aja nggak tahu, dan ternyata itu yang banyak jual susu kuda liar itu di daerah Dompu. Dan itu masih jauh lagi men.. Walah. Tanpa oleh-oleh deh dari Sumbawa.

Nah, sore itu juga aku balik ke Mataram via rute yang sama. Melewati bibir pantai Sumbawa dengan disuguhkan beberapa sapi yang dibiarkan terlepas begitu saja di kebun yang benyak rumput itu. Wah, natural banget dah pokoknya. Sampai di Lombok (Mataram) sekitar pukul 19:00 Wita, dan aku langsung ke Wisma yang sebelumnya aku booking (di daerah Cakranegara). Istirahat sejenak, kemudian cari makan. Oya sebelumnya aku telfon Vera temen kuliah (anak Lombok) yang kebetulan posisinya lagi ada di Lombok. Wah, seru kayaknya kalau ada tourist guide nya nih untuk jalan-jalan di Lombok (pikirku). Aku sengaja minta dia untuk nganter ke Pantai di sekitarnya, dan itu salah satunya adalah Senggigi. Waaah, denger namanya aja bikin ceria.

Diapun mau untuk nganter, besok harinya dia jemput di Wisma yang jarak dari rumahnya sekitar 15 menit naik motor. Yihaaa, pergi dah kami. Begini nih enaknya punya temen di mana – mana. Makanya banyak temen banyak berkah itu bener. Destinasi pertama adalah Pantai Senggigi, di pantai ini sebenranya rame banget loh. Tapi berhubung ini adalah bulan puasa, jadi mungkin itu juga yang menyebabkan sepi. Nggak banyak wisatawan domestik/asing yang berkunjung. Tapi, tak apa. Yang penting dapet pemandangan yang indah. Jadi perjalanan kami selain Senggigi adalah ke Jembatan Malimbu yang dapat melihat Pantai Malimbu, Trio Gili dari jauh dan beberapa pantai di sederetnya. Keren dah pantainya.

Habis seharian puas main di pantai, lanjut beli oleh-oleh untuk keluarga & temen-temen di kantor. Tapi sebelumnya mampir dulu ke rumah Vera untuk tukar motor. Soalnya motor yang sebelumnya mau dipake katanya. For your information, Lombok itu kuliner yang terkenal adalah Ayam taliwang. Tapi aku nggak sempet mencicipinya, karena saat itu masih puasa. Selain itu jajanan khasnya adalah dodol rumput laut, waah enak banget tuh. Kalo untuk aksesoris tak lain dan tak bukan adalah mutiara Lombok. Mutiara sendiri ada mutiara air laut dan tawar. Yang laut adalah mutiara terbaik dunia yang dimiliki negeri kita tercinta ini gaess. Yupz, Lombok. Berbangga diri dong jadi orang Indonesia. Oya yang tak boleh dilupakan adalah kain tenun asli Lombok. Jadi di Lombok tengah ada nama desa namanya desa SADE. Di sana yang terkenal itu adalah souvenir kain tenunnya. Selain itu kebiasaan masyarakat sekitar kalau membersihkan lantai rumahnya adalah dengan kotoran kerbau. Coba deh cek di youtube. Sering juga kok nongol di TV. Keren tuh, tapi sayangnya aku nggak berkesempatan untuk pergi ke sana. Soalnya, waktu tidak cukup. Akhirnya aku mampir di tempat lain (lupa nama desanya), tak jauh dari BIL kok. Di situ juga sentral kain tenun. Lumayan loh, aku beli sarung per lembar itu 100 ribu, itu keren sarungnya. Sekalian beliin bokap juga :)
              
Setelah kurasa cukup, akhirnya balik deh ke Wisma untuk prepare balik ke Jakarta. Sungguh berjalanan yang mengasyikkan. Kerjaan beres, liburanpun juga dapet. Yeeeey, trima kasih Sumbawa, trima kasih Lombok. Trima kasih juga Vera. I just wanna say “Damn I Love this country, Indonesia”. Next time, I’ll go there again. Masih banyak tempat – tempat yang musti kueksplor lagi. Karena kunjungan ini masih belum ada apa-apanya dibandingkan dengan jumlah tempat wisata yang melimpah di Lombok ini. As we know, Gunung Rinjani adalah salah satunya. Itu sangat menyenangkan jika bisa mendaki di situ. Semoga masih diberi kesempatan untuk mengunjungi keindahan di pulau ini serta pulau lainnya di negeri tercinta ini.

OK, berikut beberapa potret saat di NTB mulai dari pekerjaan sampai pemandangan lautnya.
Nampak depan Kantor bank baru

Hasil relokasi antena VSAT di bank baru
Nah kalo uang ini nampak antena VSAT dari tempat aku beristirahat saat disengat lebah. Sekitar 17 meter nyebrang asbes ini. 
Antena VSAT nampak dari belakang
Kalo berikut ini selebrasi waktu di Pantai Senggigi dan Malimbu... hahay :)


Pantai Senggigi

Looked cute, right? :D

This one, looked cool :)

Find more spot

Senggigi view

Malimbu bridge
Malimbu bridge

Kalo yg satu ini penampakannya si Vera alias tourist guide :D

Itulah perjalanan di Lombok dan Sumbawa. See you next time, tunggu cerita dari daerah lain.... :)









Saturday 16 August 2014

First Mission


Sungguh bersyukur sekali ane kerja di perusahaan ini. Why not? sudah kerjanya sesuai keinginanku, ditambah lagi orang-orang di lingkungan kantor yang ramah. Posisiku adalah sebagai Service and Communication Support. Sebagai pintu gerbang lah kasarnya, baik internal maupun eksternal. Tentunya ane juga dituntut untuk ngerti lapangan dong. Maka dari itu excited sekali untuk posting pengalaman pertama ini. Langsung aja ya cekidot...

Waktu itu hari Senin sore tepatnya seminggu setelah aku pertama kali masuk kerja. Selama seminggu itu udah ngikutin sana sini, untuk training di ATLC (AJN Training and Learning Center) dan juga belajar intern di kantor. Nah di sore itu, Pak Rakhmat yang berada di department saya (Service and Quality) meminta tolong aku untuk pergi ke kota Padang. Ha?

Bukannya apa, tapi kan aku belum tahu begini begitunya di lapangan. Tapi nggak apalah, pikirku. Di sana rencananya disuruh nganter spare part VSAT ke teknisi sana yang sedang melakukan maintenance. Pikirku kenapa kok nggak port to port aja. Eh dihitung-hitung dari segi efisiensi waktu lebih cepet kalo dibawa langsung oleh orang (kantor) atau handcarry istilahnya.

Okelah, pulang langsung istirahat. Soalnya besok (selasa) disuruh jam 4.00 harus nyampe kantor (dianter driver). Sampai akhirnya saya sudah di kantor jam 4 kurang. Dan barang 3 kardus gede menyambutku, Huaaaa. Nyampe di Bandara Soekarno Hatta langsung chek in dibantuin Pak Edi (driver), soalnya berat & banyak barangnya. Di dalam istirahat dulu di boarding pass room yang masih lama banget.

Akhirnya pesawat take off jam 8.30 dan landing di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) sekitar jam 10.20. Wow, awesome banget dah view nya. Selain bangunan Bandaranya yang ala ala bangunan rumah makan Padang ehh pas mau landing keren banget lautnya yang biru dengan degradasi warna hijau yang bikin pengen banget nginjak tanah Minang ini.

Begitu sampai di Bandara dan aku harus ngedorong troli 3 kardus ini sampai luar ditambah lagi para sopir-sopir menjajakan diri. Ehh diri lagi, menjajakan tumpangan mobil maksudnya. :D Onde Mande. Sek sek, istirahat dulu lah pikirku. Duduk di kerumunan orang-orang yang baru landing. Sampai akhirnya teknisi yang mau kutemuin telfon, ngasih tau kalo nggak bisa jemput. Ane disuruh naik mobil. Pas jalan disamperin sopir & tanya mau kemana bang?. Ke Siteba bang, jawabku. Langsung dia bilang, ”sini aja bang 120 sama aku”. Aksi-aksi not responding aku diam sejenak.” Sek-sek sebentar bang, ini penjemput gua katanya mau dateng kok lama”. Dia nunggu beberapa menit, dan aku bilang “Gimana kalo 70 bang? Kayaknya yang jemput gua ga bisa nih”. Nggak mau dia, anjritt. Minta 100. Ya udah 80 aja lah, cukup itu kayaknya. Akhirnya dia tetep ga mau. Tapi temen di sebelahnya mau. Oke sukaaa, let’s go...

Di sepanjang jalan kunikmati keindahan kota Padang yang menawarkan sejuta pesona itu, khususnya rumah adat Padang itu loh, rumah Gadang. Lepas dari itu, teknisi (Mawardi namanya) menghubungiku lagi dan menanyakan keberadaanku. Kubilang kalo lagi on the way dan dia nyuruh nyerahin Hpku ke driver untuk diajaknya ngobrol harus di mana kami turun. Bla bla bla, mereka ngobrol pake bahasa minang dan lucu aja dengernya. Yaa, terasa kayak lagi di warung Padang waktu penjualnya ngobrol sama bininya (di Malang dulu). OK, ternyata kami disuruh ke STIKES Siteba untuk nemuin Tiven (kawan Bang Mawardi). Setelah ketemu langsung kami menuju site untuk nurunin spare part dan langsung ngerjain apa yang semestinya kami kerjain.

Bang Mawardi-nya ternyata masih nganter Ibunya ke pasar. Sambil nunggu ngobrol ini itu sama Bang Tiven. Dengerin curahan hati-nya tentang statusnya yang belum jelas. Dia masih belum bisa seperti kakaknya, Bang Rusli. Yang notabene adalah teknisi AJN juga untuk kawasan Padang. Bang Tiven ini hitungannya masih freelance, jadi dia kerja kalo ada panggilan dari Bang Mawardi. Bukan dari AJN langsung. Yaaa, ngobrol panjang lebar lah. Sambil sesekali aku bertanya tentang khas kota Padang, tempat wisata, sampai belajar sedikit-sedikit bahasa Minang.

Seru sih, tapi agak canggung juga mau ngapain aja kira-kira ntar. Masalahnya misi yang kutahu cuma nganter spare part doang, no more. Lagian Pak Rakhmat bilangnya gitu ke ane. Setelah Mawardi dateng, akhirnya dijelasin ini itu. Ternyata disuruh ngeganti SSPA/Solid State Power Amplifier (sebelumnya rusak) nggak mau transmit. Oalah ngono toh. Ya siap untuk mempelajari ilmu baru. Mereka ngerjain sambil sesekali kutanya fungsi dan spesifikasi spare part yang recommended itu yang bagaimana, supaya dapat bekerja maksimal itu parameter-parameternya itu harus seperti apa. Semua dah sebisa mungkin aku ngerti.

Pekerjaan seperti ini sih sebenernya nggak membosankan, orang cuma ganti perangkat. Trus test di modem-nya udah nge-lock belum, kalo udah dimonitor, kalo belum ya terus dicari solusi gimana bisa nge-lock. Tapi berhubung aku lelah, nggak maksimal gitu sepertinya. Tapi nggak apalah mereka juga ngerti pastinya, orang aku selain pegawai baru kan juga baru nyampe. Jadi ya woles gpp dong. Nah loh, sampai larut malam juga belum nge-lock juga modemnya. Parah-parah, sudah lelah sekali mata. Istirahat lah sampai ngabisin kopi beberapa cangkir & beserta soft drink ludes des.

Modem nge-lock sekitar pukul 02.00 dan itu damn banget dah. Pengen sekali ngrebahin raga ini. House keeping dah. Langsung menuju penginapan, tapi sebelumnya ngisi perut dulu euy. Kebetulan lagi ada pertandingan liga champion Bayern Muenchen VS Real Madrid tuh. Yaa, sampai subuh dah baru pulang.
Paginya badan capek sekali rasanya, ampun ampun. Misiku ternyata tak berhenti di sini, masih harus ke kota Padang Sidempuan – Sumatra Utara untuk install modem NMS (Network Management System). Onde Mandeee, 12 jam perjalanan darat euy. Alamaaak. Tapi sebelum itu, hari itu juga harus nyelesain masalah di Siteba dulu (belum connect modem NMS-nya). Yang akhirnya sampai jam 18.00 baru connect. Oya, pagi hari itu istilahnya kalo ayam mau diadu itu sangat belum fit alias pasti jatuh kalo dipaksa. Tapi entah kenapa setelah minum teh telor yang katanya khas Padang itu nggak kerasa lelah lo. Tiven yang ngajak minum di warung sebelum berangkat ke site. Wow, khas banget rasa tehnya. Hangat sekali di badan. Nih penampakannya, sayangnya pas habis baru inget untuk mengabadikan. Mau pesen lagi ya kalo nggak muntah. hehe
Teh Telor

Mungkin itu saja cerita untuk misi pertama ini, sebenarnya banyak banget yang ingin kuceritain. Tapi masih belum ada banyak waktu. Thanks yaaa....


Monday 19 May 2014

New Civilization

Well, nglanjutin postingan yg sebelumnya (After Life). Nyesek rasanya kalo keinget “failed test” itu. Tapi bukan gace namanya kalo nggak bisa move on.

Waktu itu hari rabu pas aku posisi lagi di kampung halaman, selama seminggu makan tidur makan tidur sambil nyari informasi lowongan kerja. Dari A sampai A lagi tak hentinya aku mencari. Sampai ada kabar dari Adit kalo di JPC UB ada walk in interview dari salah satu perusahaan. Langsung aja kubuka webnya dan ternyata ada lowongan dari PT AJN Solusindo. Apa itu? Ternyata perusahaan penyedia layanan telekomunikasi yang berbasis di VSAT (Very Small Aperture Terminal). Kulihat kualifikasi yang dibutuhin apa aja, dan kemungkinan untuk bisa ngikutin walk in interview itu bisa lah aku ikutin. Karena diambilnya dari jurusan Teknik Elektro (major: Telekomunikasi), Ilmu Komputer dan Informatika.

Test hari esok (kamis) dilaksanakan, jadi otomatis kamis pagi aku berangkat ke Malang. Sekitar jam 9 nyampe Malang, sebelumnya sih udah janjian dulu sama Iskandar untuk ikut test bareng. Jam 10 berangkat, nyampe TKP sekitar jam setengah 11 dan langsung absen. Ehh busyett masih sepi, baru kami yang dateng. Adit yang ngasih tau malah belum dateng, aku kabarin untuk cepet dateng sambil nunggu antri, etttdaah ternyata baru bangun dia. Katanya besok aja, kan masih ada hari kedua. It’s Ok lah.

Akhirnya nunggu sampai sekitar jam 10.50. HCM, General Manager Engineering dan Manager Planning and Engineering . Mereka adalah Bu Nila (HCM), Pak Avi (GME) dan Pak Hendi (MPE). Langsung dah aku disuruh masuk (urutan pertama). Di dalem tuh keren banget interviewnya, nggak se-garang yang kukira. Ditanya mulai tentang kepribadian, keseharian di kampus, pengetahuan tentang VSAT, tentang perusahaan, ekspektasi salary, sampe pacar juga ditanya. Hehehe, riskan banget ini. Gokil dah pokoknya, udah gitu hasil interview-nya langsung diumumin via telfon maksimal 2 hari setelah test. Diwanti wanti sama Bu Nila, pokok selama dua hari ke depan HP jangan sampe mati. Nyesel dah kalo mati. Dari situ kePDanku naik sekitar 99 % dari sebelumnya.

OK lah, selesai itu urutan kedua (Iskandar) ganti masuk. Sekitar 25 menit dia wawancara. Sama juga yang ditanya dari pacar sampai keahlian. Hahaha....

Akhirnya selesai lah interview hari itu. Besoknya aku & Iskandar ditelfon. Ya Alhamdulillah ketrima dua-duanya... Eiiitzz, But It just for interview test. And then? Yaaa, ternyata masih ada lagi tahap kedua. Tapi bukan tes lagi, itu tentang konfirmasi masalah salary dll. Yang paling kuinget tuh waktu Bu Nila mempertegas “jika kamu ditempatin di Batam mau nggak?”. Tuing-tuing, it’s OK lah, aku Iya’in waktu itu. Well, Janjinya sih Bu Nila mau telfon hari Senin untuk konfirmasi selanjutnya. Yaaa, aku tunggu dah di kost sambil menikmati sisa-sisa liburan sebelum terjun di dunia kerja, pikirku.

Sampai hari Senin malam, sekitar jam 7 nggak ada kabar. Padahal aku udah excited banget dapet telfon dari beliau. Aku sms aja lah, toh aku ngerasa juga berhak nanyain kejelasan untukku & Iskandar juga tentunya. OK ku sms, beberapa menit dibalasnya. “Sorry mas Angga, hari ini Ibu lagi hectic banget belum sempet untuk masih kabar. Sabar Yaa, besok saya kabarin”. Wew, OK lah yang penting ada reason. Mending kutunggu di rumah aja lah nungguin kabar itu. Akhirnya pulang.... (Be a jobless *just for temporary*).

Di mana-mana orang selalu bosan dengan yang namanya menunggu, entah itu antri di toilet, antri persen makanan, sampe nunggu pacar lagi dandan lah. Pasti bosan kalo kelamaan. Itulah kurang lebih yang kualamin selama kurang lebih satu, dua, tiga .. Hmm, 1 mingguan lah. Nunggu kabar nggak ada kabar. Aku mau sms nggak enak, apalagi telfon. Meskipun itu masih dalam area ku untuk bertanya. Akhirnya tanya temen, pacar. Gimana nih enaknya, What should I do??? Dari hasil survey, Eiitttdah ternyata mending aku sms aja, tanya gimana kejelasannya. Setelah denger kabar dari Iskandar kalo dia udah fix ketrima, finally aku putusin untuk bertanya kepada Bu Nila. Dan nggak sia-sia loh meski pedih hasilnya...hiks Hiks.

Yupz, aku dicadangkan karena perusahaan masih belum bisa menentukan posisi yang tepat untukku. Okeee, aku anggap aku gagal dan harus keep moving forward. Aku putusin balik ke Malang, tapi sebelumnya aku maksimalkan dulu apa yang bisa kulakuin di rumah. Salah satunya adalah daftar di jobstreet.com

Di Malang nggak sia-sia juga aku datang. Ntah kebetulan atau gimana, I don’t know. Tiba-tiba saja ada nomer baru telfon, deg deg serr ini. Ternyata dari salah satu perusahaan telekomunikasi multinasional di JKT yang punya area di all area Nusantara. Itu sih hasil aku submit CV di jobstreet.com. Waaah Alhamdulillah sekali pikirku, yang telfon bilang kalo aku masuk kualifikasi & disuruh Training datang langsung di JKT. Oke siaaaap, kapan berangkatnya nunggu kabar besok. Katanya sih mau ngabarin lagi itu. OK 1 tiket digenggaman lah.

Besok paginya, Bu Nila telfon. Nah loh, ada apa ini?? Ternyata katanya aku masih disuruh nunggu. Kemarin ada kesalahan dari kami (perusahaan), it’s OK lah aku bilang, iya Bu saya tunggu. Agak Sorean dikit ganti yang namanya Mas Yuri (orang AJN juga) telfon. Dia bilang aku masih disuruh nunggu. Aku tanya balik, estimasi berapa lama ya saya harus menunggu. Dia hanya bilang ya ditunggu aja dulu nanti saya kabarin. Owh begindang, OK OK. Aku tunggu lah gpp. Sambil nunggu telfon dari perusahaan kemarin itu juga sih aku sebenernya. Tapi tak kunjung dikabarin ya udah lah.

Ujung-ujungnya Bu Nila yang telfon, katanya aku ketrima. Udah ada posisi yang sesuai. Suruh berangkat bareng Iskandar & teman2 yang lain dari Malang dsk. Alhamdulillah akhirnya usaha dan do’a terbayarkan. Oke pulang pamit sama ortu, kakak, nenek & sodara2 yang lain. Akhirnya perjalanan menuju peradaban baru dimulai.....

Maybe that’s all my Short story. I think that is full with effort and God Works More in My Life. Thanks God, Thank mom, dad. Thanks my sweetheart, all of my friends, especially for my informant Aditya Dika hehehehe.


--Sekuat apapun usaha kita, sehebat apapun kita, kalo tidak disertai dengan do’a pasti hasilnya NIHIL--