Wednesday, 30 January 2013

STORY IN BANDUNG

Ceritanya saya pas perjalanan ke Bandung nih, sekitar bulan Maret 2012 lalu. Saya dan temen-temen kebetulan mewakili kampus untuk ikut lomba PLC (Progammable Logic Controller) di ITB. Aku berempat, ada Judin, Imam dan Bashar yang satu jurusan di ITN, T. Elektro. Waaah, kesempatan emas sekali ini bagi kami. Meskipun proposal yang kami ajukan disetujui pihak kampus cuma setengah dari jumlah tim kami, tapi kami mensiasati dengan mencari cara lain. Yaitu dengan mencari penginapan yang ala kadarnya. And well, akhirnya kami bisa berempat mengikuti lomba itu. Hehee...

Aku tidak menceritakan tentang lomba yang kami ikuti, tapi ini perjalananku sendiri bukan bersama tim. Yeah, sebelum lomba PLC dilaksanakan kami seluruh peserta diharapkan menghadiri acara Technical Meeting. Dalam TM ini saya disuruh mewakilinya sendirian. Haaa? Iya, mau bagaimana lagi dana sudah mepet, lagipula aku pernah cerita sebelumnya kalau aku ada temen sekolah dulu yang kerja di Bandung. Nah, dari itu temen-temen nyaranin agar aku mewakili mereka dengan menginap di tempat temenku. Awalnya sih saya nolak, tapi aku teringat temenku yang juga pengen ke Bandung untuk berkunjung di tempat kakaknya.

Yuhuw dia adalah Indra, temen kuliah juga. Aku rayu untuk bisa berangkat ke Bandung bersamaku *biar ada teman hehe. And well, akhirnya dia terima tawaranku. Dan kami memutuskan untuk beli tiket kereta di Stasiun Kota Baru Malang. Sekitar seminggu setelah beli tiket ini, akhirnya kami berangkat ke kota kembang Bandung.

Dalam perjalanan, kami disuguhkan pemandangan-pemandangan yang luar biasa indahnya. Melewati kota Blitar, Tulungagung, Kediri, Nganjuk dst. Yeah indah sekali, nice dah pokoknya. Kayak pas nglewatin bibir jurang & menikmati serunya lewat terowongan di daerah Malang selatan saat itu. Sambil merasakan sensasi di dalam kereta api, sesekali aku memberi kabar temenku yang ada di Bandung, Agus.

Kami turun di Stasiun Kiara Condong yang letaknya sebelum stasiun kota Bandung. Karna memang tempat tinggal temenku lebih mudah ditempuh dari Kiara Condong ini. Dan hal yang tak kami inginkan tiba-tiba menyelinap. Di mana pas aku sudah dekat dengan Stasiun Kiara Condong ini aku nggak bisa ngehubungin No. HP temenku. Wahh kami sempet bingung juga, sampai di Stasiun Kiara Condong kami juga belum bisa menghubunginya. Kami mondar-mandir di stasiun, tapi pas kami mau keluar tiba-tiba ada yang nggebuk saya dari belakang dan ternyata Agus. Wahh, kami lega akhirnya nggak terjadi apa-apa. Dan ternyata HP-nya  hilang pas perjalanan jemput kami. Waduhhh, saya jadi nggak enak. Dan bersamaan Agus datang, ternyata kakaknya Indra juga sudah datang.

Kami langsung melanjutkan perjalanan ke tempat Agus. Setelah nyampe di lokasi, kami istirahat sejenak dan Indra bersama kakaknya pergi ke tempat kakanya itu. Sedangkan aku bersama Agus dan beberapa temen kerjanya, dan kebetulan ada anak Nganjuk juga di sana. Hari pertama di kota Kembang ini aku luangkan untuk istirahat dulu, dan malamnya aku keluar sama Agus dan dilanjut pergi bersama Indra, kakaknya serta dengan teman-temannya. Ya, meskipun diguyur hujan sih hehe. Seneng deh rasanya rame-rame. O iya, kami juga mampir di daerah yang kalau di Malang mirip daerah Payung. Tapi lupa aku namanya, pokok tempat nongkrong anak-anak muda. Ada satu yang berbeda di sini, yaitu pas kami makan, nasinya nasi ungu. Dan rasanya memang beda, gurih gimana gitu.

Sambil ngobrol-ngobrol kami merencanakan acara esok harinya. Karna TM-nya 2 hari lagi dilaksanakan, aku masih bisa rea-reo deh di kota Indah ini. Maklum mumpung lagi di Bandung euy, kapan lagi menikmati sejuknya kota Bandung, kapan lagi ngelihat obrolan orang-orang Sunda ini, hehe. Dan esok harinya kami berencana ke Gunung Tangkuban Perahu yang indah akan kabut dan kawahnya itu. Aku dan Agus waktu itu bangun sekitar jam 6 pagi yang ternyata dingin banget euy. Yahh, cukup cuci muka trus langsung tancap gas ke daerah lembang ke atas lagi. Ehhm, udah dingin, seger, mantep pisan pemandangannya. Nggak rugi dah ke sana. Nyampe di sana, ternyata Indra dan beserta kakak dan pacarnya udah di lokasi. Kami langsung mengitari pinggiran Gunung Tangkuban Perahu ini dan mungkin kami adalah pengunjung yang pertama lo, karna memang masih sepi. Setelah 30 menit’an beberapa pengunjung mulai berdatangan bersamaan dengan gelapnya kabut yang menghiasi kawah nan indah itu. Ya kurang lebih seperti ini wajah kusut orang-orang belum mandi ini.
Eko, Indra, Agus, Saya

F4 


Swiss van Sundanesse


Saat mau balik dari kawah Gunung Tangkuban Perahu ini, kami menyempatkan diri untuk singgah di kebun teh di daerah Subang. Ternyata luas bener kebunnya, tak heran jika minuman teh menjadi sesuatu yang sangat khas di Bandung dan sekitarnya. Ini cuplikan foto pas di kebun teh itu.






Nah itu hari keduaku di kota kembang. Di hari ketiga, aku diantar Agus ke kampus ITB untuk menghadiri Technical Meeting. Karna Agus hari itu harus bekerja, maka aku ditinggal dan akan dijemput pas sudah kelar acara TM-nya. Saya sendirian mengelilingi kampus yang berlogo gajah (ganesha) ini. Sesekali tanya mahasiswa di sana. Pas sudah nemuin ruangannya, nggak sengaja aku bertemu mahasiswa asal Universitas Brawijaya Malang yang kebetulan dia lagi sendirian juga mewakili 15 orang teman lainnya. Wah, kebetulan banget ketemu dia.

Kamipun basa-basi seputar ilmu PLC dan jurusan kami. Dan tak lama acara sudah dimulai, pesertanya banyak sekali. Pas acara sudah hampir selesai, aku memberitahu Agus untuk siap-siap jemput aku. Karna langit juga sudah melihatkan kegelapannya. Pas acara selesai, aku nunggu Agus sambil ngelihat anak-anak kesenian lagi melukis di lapangan sebelah Aula Timur ITB. Sungguh indah suasana saat itu. Tapi Agus juga tak kunjung tiba, pikirku dia lagi di jalan. Dan saat itu aku ganti menunggunya di masjid depan ITB, subhanallah menakjubkan sekali mahasiswa-mahasiswa di sini. Mereka rajin betul bergerombol untuk diskusi dan membahas masalah-masalah kuliah di sekitar taman masjid ini.

Hujan-pun turun, tapi masih belum nyampe si Agus nih. Jam menunjukkan pukul 14.00, wah mepet juga nih waktu *pikirku. Sebelumnya, aku dan Indra memesan tiket Pulang-Pergi, jadi harinya sudah ditentukan dan saat itu adalah kami harus kembali ke Malang. Tapi tak lama Agus-pun datang dan kami langsung bergegas ke tempat Agus untuk mengambil barang-barangku. Di tengah jalan hujan bertambah deras, di setiap sudut jalan raya macet karena banjir di beberapa titik kota. Wahh, pikiran nggak tenang masalahnya jam 15.30 aku harus sudah nyampe di Stasiun Bandung. Karena kereta berangkat jam segitu, dan jika aku telat maka hanguslah tiket yang aku pegang ini. Tapi, aku yakin kalo aku bisa nyampe stasiun sebelum jam keberangkatan itu. Agus-pun mencoba mencari jalan alternatif agar bisa nyampe rumahnya dengan cepat. Sekitar jam 14.45 kami nyampe rumah. Akupun cepet-cepet bergegas mengambil barang dan langsung ke menuju ke stasiun.

Di jalan, ternyata jalanan masih banjir dan macet. Wah, menambah daftar kekhawatiranku saja ini *pikirku. Dan di perjalanan, sesekali aku sms Indra dan ternyata di daerah kakaknya juga macet, malah parah katanya sampe-sampe sepeda motor sulit untuk bergerak. Memang parah euy kalau lagi hujan lebat, matot Bandung. Pas nyampe deket terminal, sepeda motor yang kami tumpangin menyalip seseorang dan tidak sengaja dia kena cipratan air di jalanan. Diapun mengejar kami sampe lampu merah, aku-pun kaget ketika dia marah-marah ga jelas kepada kami *masalahnya pake bahasa Sunda. Makanya nggak ngerti aku, yang ngerti Si Agus. Akupun bengong, hanya bisa berucap “ngapunten A’ ”. Tapi akhirnya diapun ngasih maaf.

Kami lanjutkan perjalanan dengan melewati jalan-jalan alternatif yang ga jelas itu. Dan pas nyampe di stasiun kota Bandung ini ternyata jam 15.25 WOOOW. Cuma tersisa 5 menit euy, nggak pake lama aku langsung pamit Agus trus nyerahin tiket ke petugas, dan keretapun sudah jalan pelan-pelan, aku kejar kereta itu dan taraaaaaa..akhirnya masuk gerbong juga. Terus gimana nasib si Indra? Nah, ini yang jadi masalah. Dia belum nyampe stasiun, sementara kerata sudah berjalan. Tapi kakaknya mengantarkannya mencoba untuk naik kereta di stasiun kereta kiara condong. Tapi alhasil “NIHIL”. Indra ketinggalan kereta euy, dan saya harus sendiri L.

Baju basah, perut lapar, tiada teman dan lengkap sudah penderitaan. Tapi yang paling bikin kesal itu perut yang lapar ini, gimana nggak lapar pagi cuma makan bubur ayam, siang gak makan karena hujan yang tak henti-henti ditambah perjalanan macet yang sangat menyita waktu itu. Nah ditambah lagi, di hadapanku ada cewek lagi enak-enaknya makan nasi bungkusnya dengan nikmat yang tiada tara itu, Puhhhh tambah perih rasanya perutku ini. Aku berharap segera ada pelayan kereta yang biasanya keliling jualan nasi, bakso atau snack yang lainnya. Maklum kereta Malabar yang aku naikin ini, pedagang asongan dilarang berjualan kecuali pas nyampe stasiun. Lha mau nunggu berapa kilometer lagi saya menemukan stasiun? Tapi, keingian saya akhirnya mulai terkabul, pelayan si kereta api ada yang menjajakan bakso.

Aku sih berharap nasi yang dijajakannya, tapi belum waktunya katanya. Macam main sepak bola saja pake waktu *pikirku. Ya, akhirnya aku santap tuh bakso yang harganya 3 kali lipat lebih mahal dari baksonya Cak To’glek langganan-ku di kost. Tak lama kemudian nasi goreng lewat, puhhhh nyeselnya. Tapi sekitar 20 menit kemudian akhirnya kami berhenti di stasiun, nggak tau stasiun apa namanya. Penjual-pun berliaran dan aku puas-puasin makan seenak + sekenyang mungkin. 

Dan begitulah aku lewati perjalanan yang berawal dari ketidakterdugaan sampai pada ketidakterdugaan lagi. Gimana nggak coba, udah berkesempatan ke ITB secara cuma-cuma, menikmati indahanya kota kembang meski salam perasaan yang was-was, mulai dari HP Agus nggak bisa dihubungin, mau dihajar orang gara-gara ngebut, mau ketinggalan kereta, pulang nggak Indra, sampai ngiler ngelihat cewek yang makan dengan mantapnya itu. Huuhuuuu,,,meski begitu saya tetap bersyukur udah bisa melihat Bandung. Semoga cerita ini bisa menjadi system immune bagi temen-temen yang ingin berangkat ke suatu tempat di mana persiapan, kesiapan dan kekuatan harus benar benar BENAR.

Terima kasih,

Gace

Thursday, 24 January 2013

MAULID NABI MUHAMMAD

Assalamu’alaikum ya akhi ya ukhti....

Yeah, hari ini kita smua (umat muslim) lagi ngrayain maulid Nabi Muhammad nih. Apa sih maulid? Maulid tuh bahasa arab, dari kata dasar milad yang artinya hari lahir.

So, hari ini 24 Januari 2013 adalah hari untuk memperingati kelahiran beliau. Dalam kalender arab/jawa, sekarang ini tanggal 12 Rabi’ul Awal tepatnya tahun 1434 Hijriyah. Yupz, karena memang Nabi Muhammad SAW lahir tanggal 12 Rabi’ul Awal atau sekitar tanggal 20 April 570 Masehi, tahun ini juga disebut tahun gajah. Nah itu, sekilas tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nanti akan aku lanjut lebih detail, tapi sebelumnya aku pengen berbagi cerita tentang kebiasaan di kampungku pas lagi ngerayain miladnya nabi kita ini.

Kebetulan sejak minggu lalu aku lagi liburan kuliah pasca UAS dan aku liburan di kampung. Aku sih di rumah gak begitu banyak hal yang bisa aku kerjain kecuali mantengin laptop aja & nonton TV. Wah kayak sesi curhat aja ini...hehe, tapi bukan berarti nggak ada dunia edukasi dong. Aku bisa ngajarin keponakan main game, share ilmu, share pengalaman. Yahh walupun nggak sepenuhnya dia mengerti sih. Oya di kampungku Gambirejo, setiap ada peringatan yang hubungannya tentang ajaran agama islam seperti saat ini peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW biasanya sih pada berkumpul di masjid/mushola selepas sholat maghrib. Tapi beda dengan hari-hari biasanya, kami bukan sekedar berkumpul tapi diharapkan membawa sekotak/lebih nasi beserta lauk pauknya, kami menyebutnya berkat.

Kenapa kok pada diharapkan membawa berkat? Hmmm, agar kami umat muslim selalu diingatkan akan kebersamaan untuk menjalani hidup. Karna setiap warga yang datang akan meletakkan berkatnya di dalam mushola sampai penuh hampir 1 ruangan. Nah nantinya, akan do’a bersama untuk Baginda Rosululloh Muhammad SAW yang mana telah mengajarkan umat muslim dari berbagai macam golongan untuk menyembah, menjalankan dan menjauhi larangan Allah SWT. Setelah dido’akan maka para warga tadi mengambil berkatnya untuk dibawanya pulang, sebenarnya ajaran/kaidah dari momen ini bukanlah terletak dari datang membawa berkat begitu pula pulangnya juga harus membawa lagi.

Tetapi, sedekah adalah inti dari ini semua. Sebagai mana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa kita diharapkan mampu untuk memberikan sebagian dari harta, ilmu atau tenaga yang kita miliki kepada orang yang membutuhkan. Dalam konteks ini, warga yang hadir selain membawa berkat juga dapat memberi amal berupa uang atau kami biasa menyebut binat. Di mana setiap momen ini, khususnya di daerah saya ya selalu ada. Biasanya ditaruh di tengah-tengah para warga. Selain itu dapat juga saat ke mushola membawa 2-4 berkat atau mungkin lebih tapi saat pulang hanya membawa 1 berkat saja atau mungkin tidak membawa, subhanallah.

Mungkin itu cara masyarakat di kampungku untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SWT. Ini adalah beberapa serangkaian fakta tentang Nabi Muhammad SAW.

KELAHIRAN
Para penulis sirah (biografi) Muhammad, pada umumnya sepakat bahwa beliau lahir pada Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M, yang merupakan tahun gagalnya Abrahah menyerang Mekkah. Nabi Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah, meninggal dalam perjalanan dagang di Madinah, ketika Muhammad masih dalam kandungan ibunya, Aminah. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Pada saat Nabi Muhammad berusia 6 tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (sekarang Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana. Setelah ibunya meninggal, Nabi Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, beliau dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah beliau diminta menggembala kambing-kambingnya di sekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Lebanon, dan Palestina).
Hampir semua ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabi’ul awal, kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi'ah, meyakini bahwa ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal, sedangkan kalangan Sunni percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul awal (2 Agustus 570 M).

MEMPEROLEH GELAR
Ketika Nabi Muhammad berumur 35 tahun, beliau ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan Ka'bah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad, beliau dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan penyelesaian adil. Saat itu beliau dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya".
Diriwayatkan pula bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan. Beliau hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Beliau dikenal menyayangi orang-orang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang sudah membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti "yang benar".

KERASULAN
Nabi Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, beliau sering menyendiri ke Gua Hira' sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Beliau bisa berhari-hari bertafakur (merenung) dan mencari ketenangan dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut yang senang bergerombol. Dari sini, beliau sering berpikir dengan mendalam, dan memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Nabi Muhammad pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611 M, diriwayatkan Malaikat Jibril datang dan membacakan surah pertama dari Qur’an yang disampaikan kepada beliau, yaitu surah Al-Alaq. Beliau diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan kepadanya, namun beliau mengelak dengan berkata ia tak bisa membaca. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar beliau membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Jibril berkata:
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya". (Al-Alaq 96: 1-5)

Nabi Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus pengangkatannya sebagai rasul disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun qamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah atau tahun masehi (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, beliau d kembali ke rumahnya, diriwayatkan ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian akibat peristiwa yang baru saja dialaminya dan meminta istrinya agar memberinya selimut.
Diriwayatkan pula untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Rasul mendatangi saudara sepupunya yang seorang Nasrani yaituWaraqah bin Naufal. Waraqah banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Nabi Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
Nabi Muhammad menerima ayat-ayat Qur’an secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Sangat lama ya teman? Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat Quran turun disertai oleh Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang mendasari penurunan ayat). Ayat-ayat yang turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al- Qurʾān (bacaan).
Sebagian ayat Quran mempunyai tafsir atau pengertian yang izhar (jelas), terutama ayat-ayat mengenai hukum Islam, hukum perdagangan, hukum pernikahan dan landasan peraturan yang ditetapkan oleh Islam dalam aspek lain. Sedangkan sebagian ayat lain yang diturunkan pada Nabi Muhammad bersifat samar pengertiannya, dalam artian perlu ada interpretasi dan pengkajian lebih mendalam untuk memastikan makna yang terkandung di dalamnya, dalam hal ini kebanyakan beliau memberi contoh langsung penerapan ayat-ayat tersebut dalam interaksi sosial dan religiusnya sehari-hari, sehingga para pengikutnya mengikutinya sebagai contoh dan standar dalam berperilaku dan bertata krama dalam kehidupan bermasyarakat.

Nah itulah sedikit cerita tentang Nabi Muhammad SAW. Subhanallah yaa, tentunya kita sangat ingin & berusaha untuk bisa seperti beliau. Apapun dan siapapun kita tentunya tidak ingin menjadi orang yang tidak disegani oleh orang sekitar kita. Saya ingat pesan moral dari seorang ustad di suatu ceramahnya, bahwa kita hidup itu pengen yang namanya diberi umur yang panjang. Ya nggak?

Terus misalkan sama Allah SWT kita dikasih kesempatan untuk menikmati umur yang panjang, kita mau berapa tahun hidup di dunia ini? 100 thn ? 200 thn? Atau mungkin 500 thn? Mari kita berpikir sejenak, dengan umur yang segitu banyaknya terus apa yang akan kita lakukan? Hidup hura-hura, menikah (*maaf poligami), atau mungkin sibuk mencari harta? Di usia yang tidak muda lagi pasti kita tak akan berbuat lebih, tenaga kita tak mungkin cukup untuk meaksanakannya.

Dari situ, ustad tadi memberi pengarahan bahwa sebenarnya bukan berapa lama kita hidup di dunia yang notabene hanya singgah untuk minum ini, tetapi prestasi apa yang kita lakukan untuk umur yang kita miliki sekarang ini. Yupz, prestasi dalam arti untuk memberikan hal yang terbaik baik dari sisi religiusnya, kehidupan sosialnya, sampai penekanan moral dalam diri kita ini. Sebagai contoh untuk tokoh di negeri kita ini, misalnya adalah Alm K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) beliau wafat dengan usia 69 tahun (7 September 1940 – 30 Desember 2009). Tentunya dengan berbagai prestasi yang mengaggumkan, beliau menjabat sebagai presiden RI tahun 1999 – 2001. Sebelum terjun ke dunia politik, beberapa apresiasi telah didapatkan beliau. Misalnya saat beliau menerima beasiswa di  Universitas Al Azhar, Kairo-Mesir, beasiswa di Universitas Baghdad, Irak. Dan masih banyak lagi prestasinya, subhanallah.

Bukan hanya Gus Dur saja, ayah beliau K.H. Abdul Wahid Hasjim adalah seorang pahlawan nasional yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan negeri ini dulunya. Beliau wafat di usia ke 38 tahun (1 Juni 1914 – 19 April 1953). Beliau adalah orang yang pertama kali menjadi Menteri Agama RI. Dan beliau sangat berperan pada perumusuan pancasila lho, khususnya sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang sebelumnya berbunyi "Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluknya".

Itulah paradigma yang seharusnya diterapkan oleh setiap insan muslimin. Semoga kita selalu diberi jalan kebenaran oleh-Nya, amin. Mungkin itu adalah sepotong cerita dari seorang GACE. Thanks udah nyimak sob !

Wassalamu'alaikum.....


Sumber : 

Tuesday, 8 January 2013

MODULASI

Hi sob, udah lama gak jenguk ini blog. Kali ini aku akan nyoba nulis tentang apa yang udah aku dapet dari beberapa ilmu di kampus. Aku ingin posting tentang apa itu "MODULASI". Tentunya sangat berhubungan dengan dunia telekomunikasi, meski ilmu tentang telekomunikasi saya masih abal-abal. Tapi saya ingin mengutarakan apa yang telah saya dapet dari kuliah (hitung2 share info). 


Modulasi, mungkin kita sering denger di lingkungan sekitar ya. Tapi denger aja, belum ada tingkat penguraian definisi dan prinsipnya. Contohnya radio nih, udah merupakan perangkat yang umum ditemukan di masyarakat, khususnya modulasi FM (Frequency Modulation). Nah, itu kan bahasa gokilnya. Kalo dalam bahasa kita kan Modulasi Frekuensi. Tapi any way apa sih modulasi itu. Udah jangan muter2 ya, tambah bingung ntar.

Modulasi itu kalo menurut yang saya ketahui adalah suatu proses penumpangan. Jadi saya  ibaratkan kalo misalnya kita mau pergi ke suatu kota Surabaya ya. Nah kita posisi sekarang ada di Malang, untuk menuju ke Surabaya itu misalnya kita naik Bus. Nah di sini yang berperan sebagai Modulator (Pemodulasi) adalah bus, kita sebagai penumpang. Sama halnya dengan Modulasi Frekuensi. Sebenarnya Modulasi Frekuensi adalah sebagian dari jenis modulasi. Kalo tadi bus adalah modulatornya, yaitu memodulasi/menumpangkan kita dengan cara naik bus. Di sini informasi/data dimodulasikan/ditumpangkan melalui frekuensi. 

Balik lagi ke analogi bus, selain naik bus kita bisa menuju kota Surabaya dengan berbagai kendaraa yang lain. Misalnya dengan naik kereta api, sepeda motor, pesawat, atau mungkin becak. Begitu pula dengan modulasi pada gelombang elektromagnetik ini, ada modulasi dengan frekuensi, amplitudo, phase (fasa). Tapi kan mempunyai keunggulannya masing-masing. Jika naik sepeda motor mungkin dapat menghindari kemacetan, daripada naik bus. Tapi di sisi lain naik bus mungkin bisa terhindar dari terik matahari dan hujan. Sama halnya dengan FM, AM, PM. Mungkin FM bisa lebih kebal terhadap noise dibandingkan dengan AM. Tapi AM transmisinya dapat menjangkau lebih jauh. Kan masing-masing mempunyai kelebihan sendiri-sendiri.

Nah, mungkin itu istilah modulasi dan analoginya. terima kasih telah bersedia membacanya.