Ceritanya
saya pas perjalanan ke Bandung nih, sekitar bulan Maret 2012 lalu. Saya dan
temen-temen kebetulan mewakili kampus untuk ikut lomba PLC (Progammable Logic
Controller) di ITB. Aku berempat, ada Judin, Imam dan Bashar yang satu jurusan
di ITN, T. Elektro. Waaah, kesempatan emas sekali ini bagi kami. Meskipun
proposal yang kami ajukan disetujui pihak kampus cuma setengah dari jumlah tim
kami, tapi kami mensiasati dengan mencari cara lain. Yaitu dengan mencari
penginapan yang ala kadarnya. And well, akhirnya kami bisa berempat mengikuti
lomba itu. Hehee...
Aku tidak menceritakan tentang lomba yang kami ikuti, tapi ini perjalananku
sendiri bukan bersama tim. Yeah, sebelum lomba PLC dilaksanakan kami seluruh
peserta diharapkan menghadiri acara Technical
Meeting. Dalam TM ini saya disuruh mewakilinya sendirian. Haaa? Iya, mau
bagaimana lagi dana sudah mepet, lagipula aku pernah cerita sebelumnya kalau
aku ada temen sekolah dulu yang kerja di Bandung. Nah, dari itu temen-temen
nyaranin agar aku mewakili mereka dengan menginap di tempat temenku. Awalnya
sih saya nolak, tapi aku teringat temenku yang juga pengen ke Bandung untuk
berkunjung di tempat kakaknya.
Yuhuw
dia adalah Indra, temen kuliah juga. Aku rayu untuk bisa berangkat ke
Bandung bersamaku *biar ada teman hehe. And well, akhirnya dia terima
tawaranku. Dan kami memutuskan untuk beli tiket kereta di Stasiun Kota Baru
Malang. Sekitar seminggu setelah beli tiket ini, akhirnya kami berangkat ke
kota kembang Bandung.
Dalam
perjalanan, kami disuguhkan pemandangan-pemandangan yang luar biasa indahnya.
Melewati kota Blitar, Tulungagung, Kediri, Nganjuk dst. Yeah indah sekali, nice dah
pokoknya. Kayak pas nglewatin bibir jurang & menikmati serunya lewat
terowongan di daerah Malang selatan saat itu. Sambil merasakan sensasi di dalam
kereta api, sesekali aku memberi kabar temenku yang ada di Bandung, Agus.
Kami
turun di Stasiun Kiara Condong yang letaknya sebelum stasiun kota Bandung.
Karna memang tempat tinggal temenku lebih mudah ditempuh dari Kiara Condong
ini. Dan hal yang tak kami inginkan tiba-tiba menyelinap. Di mana pas aku sudah
dekat dengan Stasiun Kiara Condong ini aku nggak bisa ngehubungin No. HP
temenku. Wahh kami sempet bingung juga, sampai di Stasiun Kiara Condong kami
juga belum bisa menghubunginya. Kami mondar-mandir di stasiun, tapi pas kami
mau keluar tiba-tiba ada yang nggebuk saya dari belakang dan ternyata Agus.
Wahh, kami lega akhirnya nggak terjadi apa-apa. Dan ternyata HP-nya hilang pas perjalanan jemput kami. Waduhhh,
saya jadi nggak enak. Dan bersamaan Agus datang, ternyata kakaknya Indra juga
sudah datang.
Kami
langsung melanjutkan perjalanan ke tempat Agus. Setelah nyampe di lokasi, kami
istirahat sejenak dan Indra bersama kakaknya pergi ke tempat kakanya itu. Sedangkan aku bersama Agus dan beberapa temen kerjanya, dan kebetulan ada anak Nganjuk
juga di sana. Hari pertama di kota Kembang ini aku luangkan untuk istirahat
dulu, dan malamnya aku keluar sama Agus dan dilanjut pergi bersama Indra,
kakaknya serta dengan teman-temannya. Ya, meskipun diguyur hujan sih hehe. Seneng
deh rasanya rame-rame. O iya, kami juga mampir di daerah yang kalau di Malang
mirip daerah Payung. Tapi lupa aku
namanya, pokok tempat nongkrong anak-anak muda. Ada satu yang berbeda di sini,
yaitu pas kami makan, nasinya nasi ungu. Dan
rasanya memang beda, gurih gimana gitu.
Sambil
ngobrol-ngobrol kami merencanakan acara esok harinya. Karna TM-nya 2 hari lagi
dilaksanakan, aku masih bisa rea-reo deh di kota Indah ini. Maklum mumpung lagi di
Bandung euy, kapan lagi menikmati sejuknya kota Bandung, kapan lagi ngelihat obrolan
orang-orang Sunda ini, hehe. Dan esok harinya kami berencana ke Gunung Tangkuban Perahu yang indah akan kabut dan kawahnya itu. Aku dan Agus waktu itu bangun
sekitar jam 6 pagi yang ternyata dingin banget euy. Yahh, cukup cuci muka trus
langsung tancap gas ke daerah lembang ke atas lagi. Ehhm, udah dingin, seger,
mantep pisan pemandangannya. Nggak rugi dah ke sana. Nyampe di sana, ternyata
Indra dan beserta kakak dan pacarnya udah di lokasi. Kami langsung mengitari
pinggiran Gunung Tangkuban Perahu ini dan mungkin kami adalah pengunjung yang pertama
lo, karna memang masih sepi. Setelah 30 menit’an beberapa pengunjung mulai
berdatangan bersamaan dengan gelapnya kabut yang menghiasi kawah nan indah itu. Ya kurang lebih seperti ini wajah kusut orang-orang belum mandi ini.
Eko, Indra, Agus, Saya |
F4 |
Swiss van Sundanesse |
Saat
mau balik dari kawah Gunung Tangkuban Perahu ini, kami menyempatkan diri untuk singgah
di kebun teh di daerah Subang. Ternyata luas bener kebunnya, tak heran jika
minuman teh menjadi sesuatu yang sangat khas di Bandung dan sekitarnya. Ini cuplikan foto pas di kebun teh itu.
Nah
itu hari keduaku di kota kembang. Di hari ketiga, aku diantar Agus ke kampus
ITB untuk menghadiri Technical Meeting. Karna Agus hari itu harus bekerja, maka aku ditinggal dan akan dijemput
pas sudah kelar acara TM-nya. Saya sendirian mengelilingi kampus yang berlogo
gajah (ganesha) ini. Sesekali tanya mahasiswa di sana. Pas sudah nemuin
ruangannya, nggak sengaja aku bertemu mahasiswa asal Universitas Brawijaya
Malang yang kebetulan dia lagi sendirian juga mewakili 15 orang teman lainnya.
Wah, kebetulan banget ketemu dia.
Kamipun
basa-basi seputar ilmu PLC dan jurusan kami. Dan tak lama acara sudah dimulai,
pesertanya banyak sekali. Pas acara sudah hampir selesai, aku memberitahu Agus
untuk siap-siap jemput aku. Karna langit juga sudah melihatkan kegelapannya. Pas
acara selesai, aku nunggu Agus sambil ngelihat anak-anak kesenian lagi melukis
di lapangan sebelah Aula Timur ITB. Sungguh indah suasana saat itu. Tapi Agus
juga tak kunjung tiba, pikirku dia lagi di jalan. Dan saat itu aku ganti
menunggunya di masjid depan ITB, subhanallah
menakjubkan sekali mahasiswa-mahasiswa di sini. Mereka rajin betul bergerombol
untuk diskusi dan membahas masalah-masalah kuliah di sekitar taman masjid ini.
Hujan-pun
turun, tapi masih belum nyampe si Agus nih. Jam menunjukkan pukul 14.00, wah
mepet juga nih waktu *pikirku. Sebelumnya, aku dan Indra memesan tiket
Pulang-Pergi, jadi harinya sudah ditentukan dan saat itu adalah kami harus
kembali ke Malang. Tapi tak lama Agus-pun datang dan kami langsung bergegas ke
tempat Agus untuk mengambil barang-barangku. Di tengah jalan hujan bertambah
deras, di setiap sudut jalan raya macet karena banjir di beberapa titik kota.
Wahh, pikiran nggak tenang masalahnya jam 15.30 aku harus sudah nyampe di
Stasiun Bandung. Karena kereta berangkat jam segitu, dan jika aku telat maka
hanguslah tiket yang aku pegang ini. Tapi, aku yakin kalo aku bisa nyampe
stasiun sebelum jam keberangkatan itu. Agus-pun mencoba mencari jalan
alternatif agar bisa nyampe rumahnya dengan cepat. Sekitar jam 14.45 kami
nyampe rumah. Akupun cepet-cepet bergegas mengambil barang dan langsung ke
menuju ke stasiun.
Di
jalan, ternyata jalanan masih banjir dan macet. Wah, menambah daftar
kekhawatiranku saja ini *pikirku. Dan di perjalanan, sesekali aku sms Indra dan
ternyata di daerah kakaknya juga macet, malah parah katanya sampe-sampe sepeda
motor sulit untuk bergerak. Memang parah euy kalau lagi hujan lebat, matot Bandung. Pas
nyampe deket terminal, sepeda motor yang kami tumpangin menyalip seseorang dan
tidak sengaja dia kena cipratan air di jalanan. Diapun mengejar kami sampe
lampu merah, aku-pun kaget ketika dia marah-marah ga jelas kepada kami
*masalahnya pake bahasa Sunda. Makanya nggak ngerti aku, yang ngerti Si Agus.
Akupun bengong, hanya bisa berucap “ngapunten A’ ”. Tapi akhirnya diapun
ngasih maaf.
Kami
lanjutkan perjalanan dengan melewati jalan-jalan alternatif yang ga jelas itu. Dan
pas nyampe di stasiun kota Bandung ini ternyata jam 15.25 WOOOW. Cuma tersisa 5
menit euy, nggak pake lama aku langsung pamit Agus trus nyerahin tiket ke
petugas, dan keretapun sudah jalan pelan-pelan, aku kejar kereta itu dan
taraaaaaa..akhirnya masuk gerbong juga. Terus gimana nasib si Indra? Nah, ini
yang jadi masalah. Dia belum nyampe stasiun, sementara kerata sudah berjalan. Tapi
kakaknya mengantarkannya mencoba untuk naik kereta di stasiun kereta kiara
condong. Tapi alhasil “NIHIL”. Indra ketinggalan kereta euy, dan saya harus
sendiri L.
Baju
basah, perut lapar, tiada teman dan lengkap sudah penderitaan. Tapi yang
paling bikin kesal itu perut yang lapar ini, gimana nggak lapar pagi cuma makan
bubur ayam, siang gak makan karena hujan yang tak henti-henti ditambah
perjalanan macet yang sangat menyita waktu itu. Nah ditambah lagi, di hadapanku
ada cewek lagi enak-enaknya makan nasi bungkusnya dengan nikmat yang tiada tara
itu, Puhhhh tambah perih rasanya perutku ini. Aku berharap segera ada pelayan
kereta yang biasanya keliling jualan nasi, bakso atau snack yang lainnya.
Maklum kereta Malabar yang aku naikin ini, pedagang asongan dilarang berjualan
kecuali pas nyampe stasiun. Lha mau nunggu berapa kilometer lagi saya menemukan
stasiun? Tapi, keingian saya akhirnya mulai terkabul, pelayan si kereta api ada
yang menjajakan bakso.
Aku
sih berharap nasi yang dijajakannya, tapi belum waktunya katanya. Macam main
sepak bola saja pake waktu *pikirku. Ya, akhirnya aku santap tuh bakso yang
harganya 3 kali lipat lebih mahal dari baksonya Cak To’glek langganan-ku di kost. Tak lama
kemudian nasi goreng lewat, puhhhh nyeselnya. Tapi sekitar 20 menit kemudian
akhirnya kami berhenti di stasiun, nggak tau stasiun apa namanya. Penjual-pun
berliaran dan aku puas-puasin makan seenak + sekenyang mungkin.
Dan
begitulah aku lewati perjalanan yang berawal dari ketidakterdugaan sampai pada
ketidakterdugaan lagi. Gimana nggak coba, udah berkesempatan ke ITB secara
cuma-cuma, menikmati indahanya kota kembang meski salam perasaan yang was-was,
mulai dari HP Agus nggak bisa dihubungin, mau dihajar orang gara-gara ngebut,
mau ketinggalan kereta, pulang nggak Indra, sampai ngiler ngelihat cewek yang
makan dengan mantapnya itu. Huuhuuuu,,,meski begitu saya tetap bersyukur udah
bisa melihat Bandung. Semoga cerita ini bisa menjadi system immune bagi temen-temen yang ingin berangkat ke suatu tempat
di mana persiapan, kesiapan dan kekuatan harus benar benar BENAR.
Terima
kasih,
Gace
No comments:
Post a Comment